Posisi semu matahari saat ini sudah berada di wilayah utara ekuator yang mengindikasikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau
BARISAN.CO – Beberapa hari terakhir masyarakat banyak yang mengeluhkan cuaca panas dan terik sehingga membuat suhu udara terasa lebih panas. Panasnya sengatan matahari disiang hari terasa lebih dibanding pada hari-hari biasa.
Beredar pesan yang mengaitkan situasi ini dengan gelombang panas yang tengah melanda Indonesia, Malaysia dan beberapa negara lain seperti yang dialami India.
Menanggapi hal itu, Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Fachri Radjab menegaskan cuaca panas tersebut bukan fenomena berbahaya. Kondisi itu normal terjadi saat memasuki musim kemarau.
”Kondisi udara panas yang terjadi di sekitar Jabodetabek beberapa hari ini merupakan kondisi yang lazim terjadi pada periode musim kemarau saat ini. Yaitu adanya pemanasan matahari yang maksimal. Jadi bukan gelombang panas seperti yang terjadi di India,” kata Fachri dilansir dari JawaPos.com, Senin (9/5/2022).
Menurut Fachri, kondisi panas itu bisa terjadi sampai dengan Oktober. Namun, masyarakat tidak perlu khawatir karena kondisi itu bukan gelombang panas.
”Secara umum wilayah Jabodetabek masih akan mengalami musim kemarau sampai Oktober,” ujar Fachri Radjab.
Sementara itu, Deputi Bidang Meteorologi Guswanto mengungkapkan, berdasarkan data hasil pengamatan BMKG, suhu maksimum terukur selama periode tanggal 01 – 07 Mei 2022 berkisar antara 33 – 36.1 °C dengan suhu maksimum tertinggi hingga 36.1 °C terjadi di wilayah Tangerang-Banten dan Kalimarau-Kalimantan Utara.
“Suhu maksimum tertinggi di Indonesia pada bulan April selama 4-5 tahun terakhir sekitar 38.8°C di Palembang pada tahun 2019. Sedangkan di bulan Mei sekitar 38.8 °C di Temindung Samarinda pada tahun 2018,” terang Guswanto dalam keterangannya, Senin (9/5/2022).
Penyebab Suhu Panas
Guswanto menjelaskan, fenomena suhu udara terik yang terjadi pada siang hari tersebut dipicu oleh posisi semu matahari saat ini sudah berada di wilayah utara ekuator yang mengindikasikan bahwa sebagian wilayah Indonesia akan mulai memasuki musim kemarau.
Oleh karena itu, tingkat pertumbuhan awan dan fenomena hujannya akan sangat berkurang, sehingga cuaca cerah pada pagi menjelang siang hari akan cukup mendominasi.
Dominasi cuaca yang cerah dan tingkat perawanan yang rendah tersebut dapat mengoptimalkan penerimaan sinar matahari di permukaan bumi, sehingga menyebabkan kondisi suhu yang dirasakan oleh masyarakat menjadi cukup terik pada siang hari.
Ia menegaskan, suhu panas terik yang terjadi di wilayah Indonesia bukan fenomena Gelombang Panas.
Menurut WMO (World Meteorological Organization). Gelombang Panas atau dikenal dengan “Heatwave” merupakan fenomena kondisi udara panas yang berkepanjangan selama 5 hari atau lebih secara berturut-turut dengan suhu maksimum harian lebih tinggi dari suhu maksimum rata-rata hingga 5°C atau lebih.
“Fenomena gelombang panas ini biasanya terjadi di wilayah lintang menengah-tinggi seperti wilayah Eropa dan Amerika yang dipicu oleh kondisi dinamika atmosfer di lintang menengah. Sedangkan yang terjadi di wilayah Indonesia adalah fenomena kondisi suhu panas/terik dalam skala variabilitas harian,” pungkasnya. [rif]