Barisan.co – Ibnu Haitham atau Ali Muhammad Al- Hassan Al-Haitham Alhazen adalah seorang ilmuwan terkenal di tanah Arab dan benua Eropa pada zamannya.
Ibnu Haitham dikenal sebagai penulis produktif yang telah menghasilkan 200 judul buku dalam berbagai disiplin ilmu. Ia merupakan ahli dibidang matematika, filsafat, astronomi, dan juga polymath di masa keemasan kekaisaran Islam.
Lahir pada tahun 354 Hijriah atau 965 Masehi di Al-Basrah, Iraq. Ali Muhammad Al- Hassan Al-Haitham merupakan nama pemberian dari orangtuanya. Ia dibesarkan di kota Basrah dan Baghdad yang merupakan pusat ilmu pengetahuan kala itu.
Memulai pendidikan di kota kelahirannya menjadikannya sebagai pegawai negeri. ia pun diangkat menjadi menteri di Basrah dan sekitarnya.
Saat menginjak masa mudanya, Mesir dikuasai oleh kekhalifahan Fatimiyah. Hal ini terjadi ketika kekhalifahan Fatimiyah berhasil menguasai lembah Nil dan Mesir menjadi ibukota baru kekhalifahan Fatimiyah.
Kemahsyurannya sebagai ilmuwan terdengar oleh pemerintah Bani Fatimiyah di Mesir. Ibnu Haitham pun diundang untuk menanggulangi banjir dari sungai nil yang kerap kali melanda negerinya setiap tahun.
Namun sayangnya, pekerjaan tersebut tidak dapat ia selesaikan dengan baik. Guna melindungi diri dari kemarahan pemerintah karena kegagalannya, ia mengundurkan diri. Sejak saat itu, Ibnu Haitham memutuskan mengabdikan sisa hidupnya untuk lebih memperdalam ilmu pengetahuan dengan melakukan penelitian-penelitian.
Ibnu Haitham merupakan ilmuwan sains dalam berbagai aspek ilmu yang menjadi acuan para ilmuwan lainnya. Seperti di bidang optik yang merupakan ilmu penting bagi kehidupan manusia. Ilmu sains ini telah memberikan keuntungan diantaranya untuk fotografi, internet (fiber optic) hingga satelit.
Penemu optik
Buku berjudul Al Manazir, disebut sebagai “Book of Optics”. Al Manazir berisi data penelitian pertama tentang bidang optic, dan pada tahun 1270 M diterjemahkan dalam bahasa Latin. Buku ini menjadi acuan dasar dalam membuat penelitian tentang optik bagi para ilmuwan Barat.
Isi buku tersebut ditengarai menjadi pendorong munculnya nama-nama besar seperti Kepler dan Roger Bacon yang kemudian menemukan teleskop dan mikroskop. Maka, tidak dapat dipungkiri, kalau Ibnu Haitham dijuluki sebagai Bapak Optik.
Sementara di bidang Matematika, menemukan keterkaitan antara geometri serta aljabar. Dalam teori bilangan, kontribusinya melibatkan pemecahan masalah dari congruences yang sekarang dikenal sebagai Teorema Wilson.
Dalam karya astronomi, Ibnu Haitham menggambarkan gerakan planet-planet. Tidak hanya dengan tema eksentrik dan episiklus, tetapi juga dalam satu model fisik. Pendapatnya telah banyak mempengaruhi Pemikiran Dunia Barat pada zaman Johannes Kepler.
Tiga abad setelahnya, karya tersebut ditukar dalam bentuk ikhtisar oleh astronomi muslim yaitu Nasiruddin at-Tusi. Haitham juga telah menemukan kewujudan tarikan gravitasi terlebih dahulu sebelum Issac Newton mengetahuinya.
Sebagai penghargaan atas kontribusinya terhadap astronomi, namanya diabadikan menjadi nama salah satu kawah di Bulan. Iraq mengabadikan wajah Ibnu Haitham pada salahsatu mata uangnya.
Hingga di akhir hayatnya, Ibnu Haitham sebagai ahli matematik. Beliau meninggal pada tahun 1039 M di Kahera Mesir dalam usia 74 tahun.
Sepatutnya, dunia Barat berterimakasih kepada Ibnu Haithan, karena tanpanya kemungkinan, di Eropa masih diselubungi dengan kegelapan.
Kajian Ibnu Haitham telah menjadi acuan dalam perkembangan ilmu pengetahuan serta tulisannya tentang falsafah telah menjadi bukti keaslian pemikirannya dalam ilmu tersebut, yang sudah tidak lagi dibelenggu oleh pemikiran falsafah Yunani.