Hal ini dicontohkan sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لأَنْ يَحْتَطِبَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةً عَلَى ظَهْرِهِ خَيْرٌ مِنْ أَنْ يَسْأَلَ أَحَدًا فَيُعْطِيَهُ أَوْ يَمْنَعَهُ (رواه البخاري)
Artinya: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya. Sungguh, salah seorang dari kalian pergi yang mengambil talinya lalu dia mencari kayu bakar dan dipikulkan ikatan kayu itu di punggungnya. Itu lebih baik baginya daripada ia meminta-minta kepada seseorang, baik orang itu memberi maupun tidak memberinya.” (HR. Bukhari).
Hikmah ikhtiar yang dapat dipetik dari dalil quran maupun hadis yang telah dijelaskan di atas yakni, Pertama, bahwasanya Allah Swt menyukai hambanya yang senantiasa selalu berusaha. Sehingga sangat bermartabat di sisi manusia dan juga terhormat di mata Allah Swt.
Kedua, dengan menjalani sikap ikhtiar memiliki beragam manfaat terumata menjadikan diri menjadi pribadi yang mandiri.
Ketiga, setiap tetes keringat ataupun yang telah diusahakan sendiri akan memiliki nilai yang berarti sehingga mampu menghargai setiap hasil usaha.
Oleh karena itu sebagai seorang hamba yang beriman dan meyakini karunia Allah Swt yang telah dilimpahkan kepada makhluknya hendaknya seorang hamba untuk berusaha, bukan menjadi peminta-minta.