Ilham menyampaikan untuk dapat membangun sebuah kota yang berimbang dengan adanya ekosistem benar-benar net zero dan energi terbaharukan peluangnya ada di IKN.
BARISAN.CO – Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) telah menuntaskan masterplan pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Yang, direncanakan akan mulai dibangun pada pertengahan tahun ini.
Menurut Ketua Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI), Ilham Akbar Habibie, ada beberapa contoh negara yang memindahkan ibu kota dan selalu ada alasan di baliknya, sering kali terkait dengan sesuatu yang monumental.
“Kalau kita lihat contoh kasus di Brasil itu karena mereka lihat bahwa di selatan itu terutama di segitiga kota San Paulo itu titik berat ekonominya. Tidak pernah ada perubahan dari pola ekonomi. Jadi, yang selatan kaya dan di utara miskin,” kata Ilham.
Ilham mengatakan pemindahan ibu kota dari Rio Jeneiro ke Brasilia untuk menunjukkan bahwa Brasil bukan di Selatan saja melainkan ada juga bagian yang penting di utara dengan beberapa harapan di antaranya itu adalah ekonominya bisa berubah. Namun, amat disayangkan, harapan itu belum bisa terwujud.
Sebab, banyak pengamat menilai ketimpangan yang terjadi di ibu kota Brasil itu menjadi sebuah paradoks. Brasilia dibangun di atas simbol modernitas, namun tampaknya tidak otomatis memodernisasi seluruh wilayah di negara Samba. Brasilia cenderung sibuk memikirkan masa depan daripada kemajuan bersama untuk meningkatkan masalah di daerah lainnya, seperti kemiskinan dan ketidakamanan.
Ilham memberikan contoh lainnya dengan konsep berbeda, yakni Nigeria. Awalnya, ibu kota Nigeria adalah Lagos, namun pindah ke Abuja pada akhir tahun 1991. Akan tetapi, hingga kini, pusat perekonomian Nigeria, tetap di Lagos. Sedangkan, Abuja hanya sebagai ibu kota.
“Kalau IKN ini akan benar-benar pindah, saya yakin titik berat ekonomi tetap di Jakarta. Itu tidak bisa diubah karena terkait demografi. Jadi, mayoritas middle class dan industri berada di Jakarta,” ungkap putra bungsu B.J. Habibie ini.
Dia menyampaikan tidak realistis jika semuanya pindah ke IKN. Namun, untuk menjawab, apakah itu berarti tidak perlu pindah ibu kota, Ilham menilai itu akan menjadi diskusi yang berbeda.
Pindah IKN, Peluang Berinovasi
Selama ini, sering kali perdebatan yang muncul ialah Jawa sentris, sebab pulau Jawa masih menjadi andalan dalam mendorong pertumbuhan industri dalam jangka menengah mau pun panjang. Selain itu, fasilitas modern juga selalu dimulai di pulau Jawa. Untuk itu, dia meminta pemerintah untuk menjelaskan sejak awal jika ingin membuat simbol, pusat pemerintah dan pusat bisnis bukan hanya Jakarta.
Di negara maju seperti Amerika Serikat bahkan pusat pemerintahan dan bisnisnya terpisah.
“Washington DC itu sama sekali bukan kota bisnis. New York, Chicago, LA, dan San Francisco kota bisnisnya. Begitu pun di Jerman, Berlin lebih ke pemerintahan. Ada bisnis, tapi kecil-kecilan di situ, yang paling banyak di negara bagian lain,” ucap Ilham.
Ketua Dewan Penasehat Forum Diskusi (FDN) ini melihat kemungkinan Presiden Joko Widodo ada keinginan untuk memulainya sekarang agar proyek IKN itu dapat dilanjutkan oleh presiden terpilih berikutnya apabila beliau sudah tidak lagi menjabat.
“Kalau tidak, mungkin dalam benak beliau itu tidak akan dimulai. Padahal beliau ingin itu adalah sesuatu yang ke arah itu karena mau memberikan simbol kepada negara kita, bahwasanya Indonesia ini bukan Jawa sentris, jadi tidak semuanya di sini. Kemudian, perlu adanya pusat bisnis di luar pulau Jawa, misalnya Medan, Makassar, Bali, Palembang, dan lain sebagainya,” tuturnya.
Namun begitu, dia menambahkan pusat bisnis di kota lain tersebut mungkin lebih kecil daripada Jawa, sebab peredaran uang di Jakarta mencapai 70 persen dari perputaran uang nasional. Ilham menilai sebenarnya pemindahan IKN ini menjadi kesempatan untuk kita membuat kota dari nol dengan paradigma-paradigma baru, misalnya harus net zero, benar-benar hijau, serta human centered design. Sehingga, banyak inovasi yang dibangun karena sulit mengimplementasikannya jika tidak mulai dari nol.