BARISAN.CO – Sekali terinfeksi, virus herpes tetap bersembunyi dalam tubuh, menunggu kesempatan berikut untuk menyerang lagi. Para ilmuwan berhasil melacak asal mula penyebaran virus herpes wajah ribuan tahun lalu.
Hasil analisis sampel DNA manusia yang hidup sekitar 5.000 tahun silam menyoroti praktik budaya baru, salah satunya berciuman menjadi penyebab penularannya. Virus harpes simpleks 1 (HSV-1) yang ditularkan melalui kontak oral dapat menyebabkan luka di sekitar mulut, muka dan bibir.
Sebanyak 67% populasi dunia di bawah usia 50 menderita HSV-1, menjadikannya jenis virus yang paling umum dijumpai di masyarakat. Strain virusnya telah berevolusi hingga menyebabkan infeksi pada primate, ikan, dan berbagai bentuk kehidupan lainnya.
Sejumlah penelitian berusaha mencari tahu proses evolusi virus ini pada kehidupan manusia. Mereka sukses mengurutkan genom herpes wajah dengan mengambil sampel DNA yang berasal dari gigi penderitanya di masa lalu.
Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Science Advances pada 27 Juli 2022 lalu, tim ilmuwan melihat versi dominan HSV-1 sudah ada sejak 5.000 tahun lalu. Kemungkinan penyakit ini disebabkan oleh “munculnya praktik budaya baru, seperti ciuman romantis seksual”.
“Penularan herpes relatif stabil karena biasanya diturunkan dari orang tua. Namun, ketika kamu memperkenalkan perilaku baru, seperti berciuman, maka bisa dipahami mengapa strain ini bisa mengungguli. Tindakanmu mentransfer virus pada orang-orang selain keluarga dekat,” terang Christiana Scheib, peneliti utama dari St. John’s College, University of Cambridge dikutip dari vice.com, Sabtu (30/7/2022).
Scheib berharap, penelitian selanjutnya bisa menemukan asal-usul herpes wajah pada manusia atau bahkan Neanderthal yang hidup puluhan ribu tahun lalu. Membandingkan genom herpes kuno dengan strain yang lebih modern bisa membantu ilmuwan memetakan proses evolusi virus sepanjang sejarah manusia. [rif]
