Oleh karena itu, belum ada bukti nyata yang terungkap tentang hubungan antara progesteron dan melatonin dan bagaimana pengaruhnya terhadap tidur kita. Di sisi lain, estrogen diketahui dapat mengurangi melatonin, yang mungkin menyebabkan insomnia.
Menariknya dan sejujurnya, cukup menyedihkan, mereka yang hidup dengan premenstrual dysphoric disorder (PMDD) menunjukkan, penurunan respons terhadap melatonin dalam fase luteal (tahap siklus menstruasi seseorang setelah ovulasi dan sebelum menstruasi), membuat mereka lebih rentan terhadap gangguan tidur. .
Faktor Lain Insomnia Selama PMS
Baker terus berbicara tentang faktor lain yang dapat memengaruhi tingkat tidur kita selama PMS. Mereka menyebutkan suhu tubuh seseorang sebagai kemungkinan penyebab insomnia, dengan mengatakan, suhu tubuh naik setelah ovulasi dan tetap terjaga sampai seseorang mendapatkan menstruasi.
Ini kemudian mengganggu pola tidur seseorang, karena biasanya suhu tubuh yang lebih rendah yang membantu individu tertidur. Dengan suhu yang lebih hangat, mungkin ada ketidaknyamanan, sehingga lebih sulit untuk jatuh atau tetap tertidur.
Alasan lain yang mungkin menyebabkan kurang tidur selama PMS termasuk sindrom ovarium polikistik (PCOS). Penelitian juga telah menunjukkan, mereka dengan PCOS memiliki risiko lebih tinggi terkena sleep apnea, yaitu ketika seseorang berhenti bernapas untuk waktu yang singkat saat tidur.
Walaupun sleep apnea biasanya tidak membangunkan seseorang, hal itu pasti berkontribusi pada kualitas tidur yang terganggu, yang mengakibatkan perasaan mengantuk di siang hari, kelelahan, lekas marah, sakit kepala, perubahan suasana hati, dan banyak lagi. [dmr]