Untuk memenuhi kredit nilai di kampus, banyak mahasiswa yang akhirnya bersedia magang, meski tidak dibayar.
BARISAN.CO – Beberapa mahasiswa umumnya mencari pengalaman sebelum benar-benar terjun ke dunia kerja yang sesungguhnya melalui magang. Terutama, dalam perkuliahan juga diwajibkan untuk melakukannya melalui mata kuliah Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Dengan magang, kita dapat mengaplikasikan pengetahuan yang didapatkan di kampus, memperluas jaringan, membangun profesionalitas, dan masih banyak yang lainnya. Namun, dari banyaknya tawaran magang, ada yang tidak membayar alias unpaid.
Kita bisa lihat sendiri, bahkan di perusahaan yang terbilang besar juga menawarkannya. Perusahaan lantas sering kali berdalih, “Jujur, kita sebenarnya ga butuh orang kayak kamu. Tapi, karena kamu masih muda dan butuh pengalaman, kita terima.”
Alright. Tenaga, waktu, dan uang harus kamu siapkan saat bekerja sebagai pegawai magang di tempat seperti itu. Karena lugu dan butuh, kita manggut-manggut aja.
Tahukah kamu bahwa magang tidak dibayar itu dikategorikan dalam jenis perbudakan modern? Beberapa perusahaan yang tidak bermoral diketahui menjalankan tenaga kerja yang hampir seluruhnya terdiri dari pekerja yang tidak dibayar.
Indikator perbudakan modern di antaranya adalah penahanan atau pengurangan upah yang mengakibatkan upah rendah atau tidak sama sekali.
Meskipun perusahaan itu perusahaan besar dan menghasilkan keuntungan dari para tenaga kerjanya, termasuk pemagang.
Kenapa Magang Harus Dibayar?
Sementara, banyak mahasiswa harus membayar penuh biaya kuliahnya. Sehingga, bagi mereka yang memang sedang berusaha mencari pemasukan untuk membiayai kuliah harus gigit jari.
Studi menunjukkan, magang berbayar 52% lebih mungkin menghasilkan pekerjaan penuh waktu dibandingkan dengan magang yang tidak dibayar. Magang yang dibayar mungkin merasa lebih dihargai untuk pekerjaan mereka dan sangat mempertimbangkan posisi penuh waktu di perusahaan mereka.
Selain itu, lebih dari 70% pemberi kerja akhirnya menawarkan pekerja magang pekerjaan penuh waktu. Kemungkinan ini meningkat ketika magang diberi insentif untuk bekerja dengan baik.
Dilansir dari HBR, magang memang sangat dihargai di pasar kerja, penelitian juga menunjukkan bahwa 43% magang di perusahaan nirlaba tidak dibayar. Akibatnya, hanya anak muda dari latar belakang paling istimewa yang akhirnya memenuhi syarat untuk peran tersebut. Bagi mereka dari komunitas yang terpinggirkan, hal ini memperdalam kesenjangan kekayaan generasi dan secara aktif menghalangi jalan mereka menuju kesempatan yang setara.
Pada musim semi 2019, NACE menganalisis pengalaman magang dari hampir 4.000 senior di 470 perguruan tinggi dan universitas anggota. Survei melihat perbedaan antara pekerja magang berbayar, pekerja magang tidak berbayar, dan mereka yang tidak magang, serta bagaimana identitas tertentu terlalu terwakili atau kurang terwakili dibandingkan dengan ukuran sampelnya.
Joshua Kahn, Asisten Direktur Riset dan Kebijakan Publik di National Association of Colleges and Employers (NACE) di Pennsylvania menjelaskan bahwa mereka menemukan disproporsionalitas yang signifikan secara statistik di tiga kriteria utama – ras, jenis kelamin, dan pendidikan orang tua:
- Siswa kulit hitam merupakan 6,6% dari siswa yang lulus yang disurvei. Namun, hanya 6% dari mereka yang magang berbayar adalah orang kulit hitam (kurang terwakili) sementara siswa kulit hitam mencapai hampir 7,3% dari magang yang tidak dibayar (terwakili berlebihan).
- Pelajar Hispanik dan Latin lebih mungkin dibandingkan kelompok ras lainnya untuk tidak magang pada saat mereka lulus.
- Sekitar 74% dari mereka yang disurvei adalah wanita. Namun, perempuan hanya terdiri dari 68% pekerja magang berbayar dan 81% pekerja magang tidak berbayar.
Siswa generasi pertama merupakan 22% dari responden tetapi hanya mewakili 19% dari pekerja magang berbayar. Lebih dari seperempat siswa ini tidak pernah magang.
Survei tersebut juga menemukan bahwa orang-orang dengan magang berbayar tampil lebih baik di bursa kerja dan berakhir dengan lebih banyak tawaran pekerjaan.
“Perusahaan yang menawarkan magang berbayar mendesainnya sedemikian rupa sehingga mereka membantu menciptakan jalur bakat. Jadi, tidak mengherankan jika magang yang dibayar berakhir dengan peluang kerja yang lebih banyak atau lebih baik, ”jelas Kahn.