Joshua Kahn, Asisten Direktur Riset dan Kebijakan Publik di National Association of Colleges and Employers (NACE) di Pennsylvania menjelaskan bahwa mereka menemukan disproporsionalitas yang signifikan secara statistik di tiga kriteria utama – ras, jenis kelamin, dan pendidikan orang tua:
- Siswa kulit hitam merupakan 6,6% dari siswa yang lulus yang disurvei. Namun, hanya 6% dari mereka yang magang berbayar adalah orang kulit hitam (kurang terwakili) sementara siswa kulit hitam mencapai hampir 7,3% dari magang yang tidak dibayar (terwakili berlebihan).
- Pelajar Hispanik dan Latin lebih mungkin dibandingkan kelompok ras lainnya untuk tidak magang pada saat mereka lulus.
- Sekitar 74% dari mereka yang disurvei adalah wanita. Namun, perempuan hanya terdiri dari 68% pekerja magang berbayar dan 81% pekerja magang tidak berbayar.
Siswa generasi pertama merupakan 22% dari responden tetapi hanya mewakili 19% dari pekerja magang berbayar. Lebih dari seperempat siswa ini tidak pernah magang.
Survei tersebut juga menemukan bahwa orang-orang dengan magang berbayar tampil lebih baik di bursa kerja dan berakhir dengan lebih banyak tawaran pekerjaan.
“Perusahaan yang menawarkan magang berbayar mendesainnya sedemikian rupa sehingga mereka membantu menciptakan jalur bakat. Jadi, tidak mengherankan jika magang yang dibayar berakhir dengan peluang kerja yang lebih banyak atau lebih baik, ”jelas Kahn.
Namun, survei itu menemukan fakta mengejutkan lainnya, yakni siswa yang belum pernah magang menerima jumlah tawaran pekerjaan yang sama dengan magang yang tidak dibayar.
“Bagi saya, ini lebih mengejutkan. Kami selalu mengetahui bahwa ada perbedaan antara pekerja magang berbayar dan tidak berbayar, namun fakta bahwa pekerja magang tidak berbayar tidak memiliki keunggulan dibandingkan mereka yang tidak magang merupakan temuan yang signifikan,” ungkap Kahn.
Tentu saja, kemungkinan magang yang tidak dibayar masih memiliki kesempatan untuk membangun jaringan atau mengevaluasi minat pribadi mereka dalam peran dan industri tertentu. Namun, rata-rata, mereka tidak mendapatkan lebih banyak tawaran pekerjaan daripada teman mereka tanpa pengalaman magang.
Kenyataannya adalah magang yang tidak dibayar sama baiknya (atau buruk) untuk karir dengan tidak melakukan magang sama sekali.
Meski, pemerintah Indonesia telah memiliki aturan untuk membayar pemagang, namun kenyataan di lapangannya berbeda. Selain pemerintah harus menindak tegas perusahaan, para mahasiswa juga harus berani menolak tawaran magang tidak dibayar.