Scroll untuk baca artikel
Blog

Kalau Corona Saja Bisa Beradaptasi, Kenapa Manusia Tidak?

Redaksi
×

Kalau Corona Saja Bisa Beradaptasi, Kenapa Manusia Tidak?

Sebarkan artikel ini

Beberapa waktu lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organizations/WHO) memperingatkan masyarakat dunia akan kemunculan varian virus corona yang lebih berbahaya dari Delta.

Kekhawatiran WHO mungkin saja terjadi sebab virus corona SARS-CoV-2 memiliki sifat yang adaptif. Berdasarkan data terakhir yang diungkapkan Dr. Sebastian Maurer – Stroh, direktur eksekutif Institut Bioinformatika di Agency for Science, Technology and Research (A*Star), virus penyebab Covid-19 ini telah mengalami lebih dari 6.600 mutasi.

Bahkan kini, muncul varian baru bernama AY.1 atau Delta Plus. Menurut WHO, Delta Plus masuk ke dalam Variant of Concern (VOC) atau varian virus corona yang perlu diwaspadai. Sama seperti induk variannya – Delta, keduanya memiliki penularan lebih cepat dari MERS, SARS, Ebola, flu biasa, flu musiman dan cacar.

Sejumlah ilmuwan khawatir varian Delta Plus bisa menganggu pengobatan pasien Covid-19 yang membutuhkan terapi obat antibodi monoklonal.

Jika kemarin muncul Delta, hari ini Delta Plus, bisa saja besok Delta Minus atau varian jenis lainnya. Lantas, mengapa virus corona bisa bermutasi? Begini penjelasannya.

  1. Virus dibedakan menjadi virus DNA dan RNA. Virus SARS – CoV2 termasuk virus RNA yang secara alami mudah bermutasi.
  2. Virus bisa hidup dan berkembang jika berhasil masuk ke dalam sel makhluk hidup sebagai inangnya, karena virus tidak punya perlengkapan untuk bereproduksi sendiri.
  3. Saat berhasil masuk ke tubuh manusia, virus akan menyisipkan informasi genetiknya ke dalam sel yang diserang dan melakukan reproduksi jutaan kali dalam sel.
  4. Dalam setiap reproduksi, virus sengaja membuat kesalahan copy yang mengubah genetikanya.
  5. Jika tubuh manusia membentuk antibodi untuk melawan virus, maka virus akan mengubah lapisan protein paling luar dan bermutasi.
  6. Seperti makhluk hidup lain yang tidak mau mati sia-sia, virus melakukan perlawanan. Jadi mutasi pada virus adalah mekanisme alami untuk mempertahankan diri.

Virus corona, makhluk kecil yang tak kasat mata, yang hidup seperti benalu saja bisa beradaptasi saat terancam mati. Kenapa kita sebagai makhluk ciptaan Allah SWT yang paling sempurna dan memiliki kedudukan paling tinggi dibandingkan makhluk lain tidak bisa beradaptasi dengan situasi sulit seperti saat ini?

Pandemi memang telah memporak-porandakan berbagai sektor, berdampak pada kehidupan kita saat ini, dari penghasilan menurun, kehilangan kebebasan, keluarga bahkan pekerjaan. Tapi kondisi itu jangan hanya membuat kita mengeluh, menyalahkan orang lain, menyerah, dan berdiam diri.

Sudah saatnya kita beradaptasi, bertransformasi dari melakukan berbagai aktivitas secara manual beralih menggunakan teknologi. Kita hidup saat dunia memberi banyak kemudahan mengakses informasi. Ada banyak pelatihan virtual yang bisa kita akses secara cuma – cuma dan berbagai hal bisa kita dapatkan di dunia maya.

Kerahkan segala daya dan kemampuan yang kita miliki. Kita tidak bisa bukan karena tidak ahli, tapi karena belum mencobanya sama sekali atau jika sudah mencobanya tapi belum maksimal.

Selain itu tetap 3M (memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak) dan menerapkan pola hidup sehat agar bisa selamat dari ancaman wabah Covid-19.