Pengembangan Benih Genetik
Ia berpendapat, upaya pengenalan benih kedelai hasil rekayasa genetik atau GMO (Genetically Modified Organism) untuk dikembangkan di Indonesia ini berpotensi besar menghilangkan benih-benih kedelai lokal. Apalagi, di Indonesia sendiri impor kedelai juga masih dikuasai oleh korporasi transnasional skala besar seperti Cargill.
Di sisi lain, petani lokal juga makin tidak tertarik dengan penanaman kedelai. Selain karena harga beli di kalangan petani yang tak menguntungkan, juga akibat produktivitasnya yang rendah.
“Jadi di sini produktivitasnya di bawah subtropis. Meskipun demikian produktivitasnya masih bisa ditingkatkan, baik melalui intensifikasi maupun ekstensifikasi,” tambahnya.
Ia menilai pemegang kebijakan masih memandang permasalahan sistem budidaya kedelai sebelah mata. Sebab, tak ada pemetaan aksi kerja serta informasi yang memadai.
“SOP-nya seperti apa, daerah mana yang berpotensi juga belum terpetakan secara maksimal, belum juga harga, dan lainnya,” jelasnya.
Kementerian Pertanian Tingkatkan Produksi Kedelai
Kementerian Pertanian menargetkan produksi 1 juta ton kedelai pada tahun ini guna mencukupi kebutuhan nasional agar tidak tergantung impor.
Direktur Aneka Kacang dan Umbi Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Yuris Tiyanto mengatakan, target produksi tersebut akan direalisasi melalui penanaman kedelai di 650 ribu hektare lahan pada 14 provinsi Indonesia.
Puhaknya melakukan berbagai upaya untuk membangkitkan kedelai nasional, supaya petani kembali tertarik menanam kedelai.
“Strateginya, satu, kita sudah melakukan pemberian bantuan ke petani seluas 52 ribu hektare ini lewat dana APBN untuk ditanami kedelai,” kata Yuris dikutip Antara, Selasa (22/2/2022).
Dengan target luas tanam 650 ribu hektare pada 2022, sisanya sekitar 598 ribu hektare akan dibiayai melalui pendanaan Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Selain menggunakan lahan yang sudah ada, strategi peningkatan produksi kedelai juga dilakukan dengan teknik tanam tumpang sisip, yaitu menanam dua jenis tanaman pada satu bidang lahan yang sama.
“Belum nanti kita coba juga tumpang sisip, yaitu tanam jagung dulu kemudian nanti begitu jagung panen akan kita tanami kedelai itu tumpang sisip. Artinya kita pakai lahan jagung, ini bisa kita lakukan. Ada dua strategi yaitu dengan monokultur dan satu tumpang sisip,” katanya.
Yuris mengatakan target produksi kedelai dalam negeri ini merupakan jangka menengah hingga jangka panjang. Dan belum bisa menyelesaikan persoalan harga kedelai impor yang tinggi seperti saat ini. Dia menyebut rencana penanaman kedelai pada 650 ribu hektare lahan tersebut merupakan fondasi agar Indonesia bisa memenuhi kebutuhan kedelai dalam negeri. [rif]