Scroll untuk baca artikel
Blog

Kegagahan Dokumen Tanfidz dan Menganganya Luka Bumi

Redaksi
×

Kegagahan Dokumen Tanfidz dan Menganganya Luka Bumi

Sebarkan artikel ini

Menjawab Suara Akar Rumput

Sampai hari ini tak kurang dari 8000 kepengurusan Muhammadiyah telah tersebar di tingkat desa atau kelurahan di seluruh Indonesia.  Pada survey yang diadakan oleh Lazismu, sebagian besar warga Muhammadiyah berprofesi sebagai pegawai swasta disusul oleh pegawai negeri sipil dan selanjutnya adalah pebnsiunan. 

Warga yang berprofesi sebagai wiraswasta sama sedikitnya dengan warga yang berprofesi sebagai petani.  Sementara itu (1) kerusakan alam akibat pestisida terkonsentrasi di perdesaan (2) konsentrasi warga miskin berada di perdesaan pula dan berprofesi utama sebagai buruh tani.  Itu artinya terdapat tantangan yang besar dalam kerja-kerja untuk membumikan program kerja sebagaimana yang telah dirumuskan seperti berikut ini :

Program Muhammadiyah lima tahun ke depan diaktualisasikan salah satunya ke dalam “Model Dakwah Pencerahan Berbasis Komunitas” sebagai “Program Khusus” yang bersifat “Praksis Gerakan” dan memerlukan prioritas atau fokus gerakan.  Di sisi yang lain dituliskan visi pemberdayaan sebagaimana berikut ini : Terwujudnya ekosistem pemberdayaan masyarakat yang berkemajuan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat buruh, petani, nelayan difabel, dan kelompok duafa-mustadh’afin lainnya sebagai perwujudan Islam rahmatan lil alamiin.  Kata kuncinya adalah (1) Model Dakwah Pencerahan Berbasis Komunitas (2 bersifat Praksis dan memiliki prioritas atau fokus gerakan (3) kesejahteraan kelompok duafa-mustadh’afin (4)Islam rahmatan lil alamiin.

Mencermati kata kunci diatas banyak hal yang dapat dilakukan.  Pertama, di tingkat komunitas Muhammadiyah perlu melakukan community organizing untuk mulai memetakan potensi dan permasalahan komunitas.  Namun demikian karena latar belakang warga Muhammadiyah hanya sedikit yang menjadi petani maka diperlukan rekayasa khusus untuk melakukan pengorganisasian di dalam komunitas petani. 

Perlu diadakan kursus-kursus community organizing bagi kader-kader yang hendak melakukan jihad pengorganisasian petani. Ini tentu saja tidak mudah karena menyangkut perubahan perilaku petani.  Dan untuk mengubah perilaku tak ada resep manjur kecuali dengan cara “ing ngarsa sung tuladha.”

Kedua, Bagi warga Muhammadiyah yang berada di kelas menengah ke atas dapat mengambil peran dengan mendorong adanya kebijakan, tumbuhnya pasar alternatif dan perubahan gaya hidup masyarakat umum melalui sosial marketing, kampanye pangan organik atau mempromosikan praktek-praktek pertanian berkelanjutan baik yang selama ini dilakukan oleh masyarakat adat (indegenous people) ataupun inisiatif komunitas lain.