Scroll untuk baca artikel
Kontemplasi

Keindahan Cinta Adalah Berpasangan

Redaksi
×

Keindahan Cinta Adalah Berpasangan

Sebarkan artikel ini

Inilah mekanisme kehidupan yang penuh dengan rumus-rumus cinta Allah kepada hambanya. Cinta Allah di wujudkan dengan pemberian makhluk yang saling berpasang-pasang demi keberlangsungan kehidupan di dunia ini.

Begitu kita sebagai manusia yang diberikan akal pikiran diciptakan juga dengan berpasang-pasangan. Hal ini tidak terlepas juga sebagai makhluk Allah yang membutuhkan keterpaduan, ada kanan dan kiri, selatan dan utara, tinggi dan rendah, sakit dan sehat. Inilah keterpaduan yang dirangkai dengan penuh rasa keindahan.

(dia) Pencipta langit dan bumi. Dia menjadikan bagi kamu dari jenis kamu sendiri pasangan-pasangan dan dari jenis binatang ternak pasangan- pasangan (pula), dijadikan-Nya kamu berkembang biak dengan jalan itu. tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha mendengar dan melihat.” (QS. Asy-Syuura/42: 11)

Sungguh indahnya kita diciptakan dengan cara berpasang-pasangan, coba anda bayangkan jika saja kita diciptakan tanpa ada pasangan dunia ini tentu kita akan merasakan rasa sepi. Seperti kita menyendiri digelapnya malam, layaknya bulan tanpa adanya teman sang bintang. Inilah hiasan dunia dimana kita wajib bersyukur atas karunia dan nikmat-Nya.

Inilah tawazun (keseimbangan) sehingga kita sebagai manusia dipersilahkan oleh Allah untuk meraih kebahagiaan. Sebagaimana ada dunia dan akhirat, kita dipersilahkan untuk mendapatkan keduanya sebagai nikmat Allah yang paling hakiki.

Marilah kita berpikir sejenak makna tawazun tersebut, berpikir awal mula peradaban manusia ada. Dengan kecintaan pada kehidupan ini Allah menciptakan Nabi Adam yang diberikan karunia akal dan sebaik-baik ciptaan, dan karunia akal itu tidak didapat oleh makhluk lain selain Nabi Adam sendiri. Dan bukti cinta Allah kepada Nabi Adam diberikan nikmat berupa surga.

Coba kita kita bayangkan, kenikmatan Allah yang diberikan Nabi Adam berupa surga. Bagaimana Adam merasakan kesendirian di surga, ketika ditaman-taman surga ia melihat hewan-hewan berpasang-pasangan, memadu kasih, sendau-gurau dan menikmati segala yang ada dengan berdua. Inilah yang dirasakan sang Adam, meski ada kenikmatan apa pun ada di dalam Surga namun ia merasakan kesepian, ia belum mendapatkan kenikmatan yang sesungguhnya dan ia seperti orang hilang di hutan belantara.

Melihat fenomena makhluk lain yang saling berpasangan, Adam merindukan kenikmatan tersebut. Ia berharap suatu saat nanti kenikmatan itu akan datang untuk menghilangkan rasa sepi hidupnya. Harapan akan adanya pasangan hidup, memiliki pendamping menyertainya dalam suka dan kegembiraan.