Ramuannya seperti apa?
Wujudnya ada beberapa, diantaranya seperti potongan kayu, dan bahan bahan lain. Ramuan tersebut dimasak dalam kendil (gerabah), lalu diminum pagi dan sore. Itu juga masih harus disertai pijat selama tiga hari.
Itu sembuh sampai sekarang?
Alhamdulillah sembuh. Kemudian saya kerja proyek selama tiga tahunan di Wonogiri, tetapi kambuh lagi. Penyebabnya itu sama, makan minum yang panas, karena saya tidak suka es, adanya panas. Lalu saya pamit sama teman teman untuk pulang ke rumah karena tidak betah dengan kondisi sakit seperti itu masih kerja proyek yang dari segi makannya sulit untuk dijaga.
Saya merasakan sakit lagi seperti dulu. Sedih rasanya. Perih, kembung, sakit setengah mati. Dan setelah pulang sampai rumah, saya coba untuk berobat lagi ke dokter Johan di depan masjid Gubung. Ke pak dokter Johan itu konon banyak yang cocok, banyak orang dari berbagai kampuung jauh datang kesitu untuk berobat. Tapi ketika saya datang, tempat prakteknya sudah pindah, akhirnya ketemu buka praktek di Plamongan Indah Semarang. Dan penanganannya juga sama, saya disarankan untuk operasi, dan saat itu saya diberikan suntik antibiotik untuk sementara waktu. Setelah itu saya pulang dengan dibekali obat. Namun tidak ada perkembangan berarti, karena buang airnya masih terasa sakit. Sakit seperti dulu, saya juga tidak tahan dengan kondisi seperti ini.
Lalu pijat ke Solo lagi?
Tidak, kebetulan saya diberi tahu anak menantu saya, agar saya konsumsi ramuan keji beling. Terus saya suruh anak saya itu untuk membelikannya di apotek, dua kapsul. Saya pilih yang praktis saja daripada harus meramu sendiri dari tanaman aslinya. Meski hasilnya juga sama. Waktu itu satu kapsul harganya 6 ribu. Setelah saya konsumsi, dan ketika buang air terasa keras sekali ada benda yang keluar sampai menabrak tembok tempat buang air. Agak kaget, karena yang pertama waktu di Solo tidak seperti ini. Benda yang keluar itu seperi gumpalan kapur sebesar ruasan jari kelingking orang dewasa, putih warnanya.
Bagaimana konsumsi obat itu?
Pada peringatan kemasan tertera tiga waktu, pagi, siang, dan sore. Baru saya minum dua kali, pagi dan siang. Lalu setelah waktu ashar, saya buang air, keluarlah gumpalan keras itu. Alhamdulillah lega rasanya.
Hingga sekarang tidak pernah merasakan lagi?
Alhamdulillah sembuh sampai sekarang, tetapi ya itu memang harus dijaga makan minumnya. Saya kalau di tempat pertemuan pasti menyampaikan kepada tuan rumah untuk minta air putih saja yang adem. Soalnya ini pantangannya penyakit. Untuk minum teh atau kopi ya paling sekedarnya saja, makanya sekarang saya banyak minum air putihnya, malam hari ditempat tidur pasti istri sediakan untuk saya air putih. Satu hari setidaknya dua liter air putih.