“Mengingat, kemarahan moral memainkan peran penting dalam perubahan sosial dan politik, kita harus menyadari bahwa perusahaan teknologi, melalui desain platform mereka, memiliki kemampuan untuk mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan gerakan kolektif,” ujar profesor psikologi di Universitas Yale tersebut.
Dia menambahkan, dari data penelitian itu menunjukkan, platform media sosial tidak hanya mencerminkan apa yang terjadi di masyarakat, tetapi juga menciptakan insentif yang mengubah cara pengguna bereaksi terhadap peristiwa politik dari waktu ke waktu.
Sebuah penelitian lainnya menemukan, pengguna internet yang marah akan sering mengomel dengan cara yang menyinggung orang atau merusak hubungan. Demikian juga, orang-orang yang mengoceh online sering memiliki masalah dengan kemarahan mereka offline juga.
Menurut penelitian itu, orang-orang yang sering mengoceh online cenderung mengalami lebih banyak kemarahan maladaptif dalam kehidupan nyata daripada yang lain.
Kenapa Orang Melampiaskan Amarah Di Medsos?
Alasan pertama karena menemukan rasa tenang, santai, dan lega setelah ngoceh online. Masalahnya, dengan adanya UU ITE, ada risiko yang perlu diperhatikan.
Kedua, lingkungan online cenderung menenggelamkan dirinya untuk perselisihan yang bermasalah. Lebih banyaknya peluang untuk merasa marah ketika menghabiskan banyak waktu online dengan menghadapi beragam provokasi. Misalnya, menghadapi opini politik yang tidak kita setujui atau berita yang membuat marah.
Demikian juga, interaksi online cocok untuk masalah yang berasal dari jarak sosial. Saat berada di Facebook atau Twitter, kita tidak menatap mata orang itu atau mendengarkan cerita dari sisi ceritanya. Jika itu adalah percakapan tatap muka, kita mungkin memperhatikan, dia benar-benar merefleksikan apa yang kita katakan dan kemungkinan memahami sudut pandangnya sebelum semuanya menjadi terlalu panas.
Bahkan jika itu tidak terjadi, hanya lebih sulit bagi kebanyakan orang untuk mengatakan hal-hal yang menyakitkan kepada wajah seseorang. Akhirnya, format elektronik memperburuk masalah kontrol impuls karena terlalu cepat dan mudah.
Kita boleh segera mengirimkan tanggapan ketika sangat marah, yang memengaruhi apa yang ditulis. Tapi, saat itu kita cenderung kurang rasional sehingga tidak memikirkan konsekuensinya. [rif]