Sebuah penelitian mengungkapkan saat orang menunjukkan kebaikan atau keadilan, beberapa atau bahkan kebanyakan orang mencoba untuk mengeksploitasinya.
BARISAN.CO – Banyak orang mengatakan untuk tidak terlalu berharap kepada manusia. Ini memang ada benarnya. Emosi harapan berkaitan dengan apa yang belum terjadi. Wajar rasanya bila harapan tersebut akan membawa kekecewaan. Termasuk dalam memberikan kebaikan. Banyak orang yang berbuat baik, namun mendapatkan kekecewaan.
Mereka yang menerima kebaikan ibaratnya ngelunjak atau tidak tahu terima kasih. Tak jarang orang baik itu hanya mengharapkan hal sederhana.
Misalnya saja dalam pertemanan tentu ada saat seseorang mengalami kesulitan. Bukan berarti orang itu ingin berutang, namun dia hanya ingin temannya mendengarkan keluh kesahnya saja dan mendukungnya saat depresi.
Akan tetapi, temannya itu justru beralasan sibuk. Bukankah semua orang sibuk? Tapi, memang tidak semua kesibukan itu produktif.
Padahal, sebelum-sebelumnya, dia selalu ada saat temannya kesulitan. Bahkan, tak segan meminjamkan uang. Namun, apa alasan orang baik sering dimanfaatin orang lain?
Sebuah penelitian mengungkapkan saat orang menunjukkan kebaikan atau keadilan, beberapa atau bahkan kebanyakan orang mencoba untuk mengeksploitasinya.
Pelaku tidak memikirkan pengkhianatan. Orang-orang ini disebut sebagai Machiavellian, percaya bahwa setiap orang memiliki pola pikir yang sama dengan mereka. Ada beberapa orang yang bukan bagian dari tindakan egois ini.
Kuesioner penelitian itu menguji sifat-sifat Machiavellian tersebut. Kuesioner hanya memindai otak saat mereka memainkan permainan kepercayaan. Tes tersebut menyimpulkan, otak Machiavellian mulai bekerja keras saat mereka bertemu dengan seseorang yang menunjukkan tanda-tanda kooperatif. Selama periode ini, mereka segera mencari cara untuk memetik manfaat dari situasi saat ini.
Untuk dapat mempraktikkan kemurahan hati jangka panjang yang benar, pertama-tama kita perlu tahu cara menjaga diri sendiri. Selain menghalangi peluang orang untuk berkembang, kemurahan hati yang salah tempat membawa risiko lain.
Pengorbanan ini akan menimbulkan masalah bagi Anda di masa depan. Jadi berhati-hatilah ketika Anda membantu orang lain tanpa menetapkan batasan yang sehat untuk berbuat baik.
Dalam hal ini juga, jauh lebih baik untuk secara sadar menahan harapan kita sehingga dapat membatasi rasa sakit yang mungkin ditimbulkan oleh kekalahan, kegagalan, atau kemunduran. Berharap mungkin menyenangkan, tetapi harapan yang dikalahkan bisa sangat menyakitkan.
Oleh karena itu, penting untuk diingat bahwa mengantisipasi hasil yang menguntungkan bukannya tanpa bahaya. Sebaiknya, pikirkan risikonya terlebih dahulu.
Berbuat baik adalah kewajiban setiap manusia. Tetapi, tidak semua orang layak mendapatkannya. Terlebih, jika itu orang itu terlalu sering memanfaatkan kebaikan.
Setiap orang memiliki kesabaran dengan memberikan kesempatan, namun semua ada batasannya. [rif]