Bank Indonesia mengatakan surplus tahun 2020 didorong oleh penurunan defisit transaksi berjalan serta surplus transaksi modal dan finansial. Defisit transaksi berjalan pada 2020 sebesar US$4,7 miliar memang turun signifikan dari defisit pada 2019 sebesar US$30,3 miliar.
Dijelaskan bahwa penurunan defisit tersebut sejalan dengan kinerja ekspor yang terbatas akibat melemahnya permintaan dari negara mitra dagang yang terdampak Covid-19, di tengah impor yang juga tertahan akibat permintaan domestik yang belum kuat. Sementara itu, transaksi modal dan finansial tetap surplus sebesar US$7,9 miliar.
Kondisi NPI triwulan IV-2020 sebenarnya dilaporkan defisit, meski hanya sebesar US$156 juta. Padahal, tercatat surplus pada triwulan II sebesar US$9,25 miliar dan pada triwulan III sebesar US$2,05 miliar. Dengan demikian, surplus keseluruhan tahun 2020 sebesar US$2,60 miliar sebenarnya lebih tipis dari tahun 2019 yang sebesar US$4,70 miliar.
Bank Indonesia juga melaporkan posisi cadangan devisa pada akhir Desember 2020 meningkat menjadi sebesar US$135,9 miliar. Dijelaskan bahwa posisi itu setara dengan pembiayaan 9,8 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional. Sebagai informasi, posisi akhir tahun 2019 hanya sebesar US$129,18 miliar.
Meskipun demikian, Bank Indonesia tetap menyatakan kehati-hatiannya. Dikatakan masih akan mengambil langkah stabilisasi dan penguatan bauran kebijakan Bank Indonesia, dan koordinasi erat dengan Pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), agar aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik tetap terjaga. Ditambahkan, ke depan senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI tersebut.
Bagaimanapun, dinamika perekonomian dan keuangan global memang masih diliputi oleh banyak ketidakpastian. Terlebih, pandemi covid-19 masih belum berakhir. Masih sering terjadi perubahan proyeksi atas pertumbuhan ekonomi, perdagangan internasional, dan arus modal internasional. []