Scroll untuk baca artikel
Berita

BI Turunkan BI-Rate Jadi 5,50%, Dorong Pertumbuhan dan Jaga Stabilitas Ekonomi

×

BI Turunkan BI-Rate Jadi 5,50%, Dorong Pertumbuhan dan Jaga Stabilitas Ekonomi

Sebarkan artikel ini
BI Turunkan BI-Rate Jadi 5,50%
Ilustrasi

Bank Indonesia resmi memangkas suku bunga acuan untuk pertama kalinya sejak 2023, memicu optimisme baru di tengah ketidakpastian global.

BARISAN.CO — Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,50%. Langkah ini diambil dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI yang berlangsung pada 20–21 Mei 2025, sebagai bagian dari strategi menjaga stabilitas ekonomi dan memperkuat momentum pertumbuhan.

Bersamaan dengan penurunan BI-Rate, BI juga menurunkan suku bunga Deposit Facility menjadi 4,75% dan Lending Facility menjadi 6,25%. Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan, kebijakan ini konsisten dengan prakiraan inflasi tahun 2025 dan 2026 yang masih dalam target 2,5% ± 1%, serta mendukung stabilitas nilai tukar rupiah dan pertumbuhan ekonomi.

“Bank Indonesia akan terus mengarahkan kebijakan moneter untuk menjaga inflasi dalam sasaran dan stabilitas nilai tukar, dengan tetap mencermati dinamika ekonomi global dan domestik,” ujarnya pada rilis, Rabu (21/05/2025).

BI menegaskan bahwa bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran diarahkan untuk menciptakan stabilitas dan memperkuat fondasi pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Beberapa langkah konkret yang disampaikan antara lain:

  1. Intervensi Rupiah: Penguatan stabilisasi nilai tukar dilakukan melalui intervensi pasar, seperti transaksi Non-Deliverable Forward (NDF), spot dan DNDF di pasar domestik. Selain itu, BI juga aktif membeli Surat Berharga Negara (SBN) untuk menjaga stabilitas pasar keuangan dan memastikan kecukupan likuiditas.
  2. Operasi Moneter Pro-Market: BI memperkuat pengelolaan suku bunga instrumen moneter dan swap valas untuk menjaga daya tarik investasi portofolio asing. Transaksi term-repo dan swap valas juga diperluas guna memastikan kecukupan likuiditas.
  3. Peningkatan Rasio Pendanaan Luar Negeri Bank (RPLN): Batas maksimal RPLN dinaikkan dari 30% menjadi 35% dari modal bank, dengan tambahan kontrasiklikal 5%. Kebijakan ini berlaku efektif mulai 1 Juni 2025.
  4. Pelonggaran Likuiditas Perbankan: BI menurunkan rasio Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) sebesar 100 bps, menjadi 4% untuk Bank Umum Konvensional dan 2,5% untuk Bank Syariah.

Dorong Digitalisasi dan UMKM

Di bidang sistem pembayaran, BI mempercepat implementasi QRIS antarnegara dengan Jepang dan Tiongkok. Langkah ini diharapkan memperluas akseptasi digital dan mendukung pelaku UMKM dan perdagangan lintas batas.

BI juga memperkuat transparansi suku bunga kredit dasar (SBDK) untuk sektor prioritas dalam kerangka Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM).

Bank Indonesia mencermati meredanya ketidakpastian global, seiring kesepakatan sementara antara Amerika Serikat dan Tiongkok dalam menurunkan tarif impor selama 90 hari. Hal ini mendorong prospek ekonomi global lebih baik, dengan pertumbuhan diproyeksikan meningkat dari 2,9% menjadi 3,0%.

Ekspektasi penurunan suku bunga acuan AS (Fed Funds Rate) pun tetap tinggi, meskipun yield US Treasury meningkat karena kekhawatiran fiskal. Imbasnya, nilai tukar dolar AS (DXY) cenderung melemah, yang turut memperkuat mata uang negara berkembang, termasuk rupiah.

Perekonomian Indonesia tumbuh 4,87% (yoy) pada triwulan I 2025, sedikit melambat dari 5,02% di triwulan IV 2024. Pertumbuhan ditopang konsumsi rumah tangga saat libur Tahun Baru dan Idulfitri, investasi yang stabil, serta ekspor yang membaik berkat permintaan dari mitra dagang utama.

BI memperkirakan ekonomi Indonesia akan membaik di semester II 2025 seiring peningkatan permintaan domestik dan belanja pemerintah. Pertumbuhan tahun ini diproyeksikan berada dalam kisaran 4,6%–5,4%, sedikit turun dari perkiraan sebelumnya.