Scroll untuk baca artikel
religi

Kisah Kaum Nabi Luth dan Murka Allah: Peringatan bagi Dunia Modern

×

Kisah Kaum Nabi Luth dan Murka Allah: Peringatan bagi Dunia Modern

Sebarkan artikel ini
kisah Nabi Luth
Ilustrasi

Fenomena LGBT masa kini menjadi cermin bahwa manusia modern sedang mengulang kesalahan masa lalu.

BARISAN.CO – Dalam penciptaan manusia, Allah telah menetapkan segala sesuatu secara berpasangan: siang dan malam, kanan dan kiri, laki-laki dan perempuan. Keseimbangan ini menjadi tanda kebijaksanaan Ilahi yang menghadirkan harmoni di alam semesta.

Ketika keseimbangan itu dilanggar, maka kekacauan pun terjadi. Begitu pula dalam hal seksualitas, manusia diciptakan dengan fitrah mencintai lawan jenis. Maka, kecenderungan menyukai sesama jenis merupakan penyimpangan dari kodrat penciptaan.

Sejarah mencatat, umat Nabi Luth adalah kaum pertama yang berani menentang fitrah tersebut. Mereka melakukan hubungan sesama jenis secara terang-terangan tanpa rasa malu.

Nabi Lut berkali-kali menasihati kaumnya agar kembali kepada jalan yang suci, namun mereka justru mengejek dan menantang peringatan itu. Maka turunnya azab dari Allah menjadi bukti nyata betapa berat akibat dari penyimpangan seksual.

Dalam Al-Qur’an, kisah umat Nabi Luth diulang berkali-kali sebagai pelajaran besar bagi manusia. Mereka dikenal hidup di kota Sodom dan Gomorah, wilayah yang kini diyakini berada di sekitar Laut Mati.

Kaum itu terbiasa melakukan perbuatan keji, mendatangi sesama laki-laki dengan nafsu yang melampaui batas.

Ketika para malaikat datang dalam rupa pemuda tampan untuk menguji Nabi Lut, kaum itu justru berbondong-bondong mendatangi rumah beliau dengan niat jahat.

Dengan rasa malu dan marah, Nabi Lut berkata, “Mereka adalah tamu-tamuku. Janganlah kalian mempermalukan aku dan bertakwalah kepada Allah.”

Namun, mereka tetap menolak. Bahkan istri Nabi Lut sendiri ikut membocorkan keberadaan para tamu itu.

Akibat dari kedurhakaan itu, Allah menghancurkan kota Sodom dengan pekikan dahsyat dari Malaikat Jibril, membalikkan bumi mereka, dan menghujani mereka dengan batu panas dari langit.

Semua itu menjadi peringatan keras bahwa kemurkaan Allah benar-benar nyata bagi pelaku maksiat.

Al-Qur’an menyebut bahwa peristiwa kehancuran Sodom mengandung tanda-tanda bagi orang beriman. Allah berfirman:

لَعَمْرُكَ اِنَّهُمْ لَفِيْ سَكْرَتِهِمْ يَعْمَهُوْنَ ۝٧٢

Artinya: “(Allah berfirman,) “Demi umurmu (Nabi Muhammad), sungguh, mereka terombang-ambing dalam kemabukan (demi melampiaskan hawa nafsu).”” (QS. Al-Hijr: 72)

Artinya, setiap bencana yang terjadi bukan sekadar peristiwa alam, melainkan juga peringatan moral bagi manusia agar tidak mengulangi dosa yang sama.

Imam Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan bahwa sumpah Allah “Demi umurmu, wahai Muhammad,” (QS. Al-Hijr: 72) menunjukkan betapa berat dosa kaum Nabi Luth hingga Allah sendiri bersumpah atas nama kehidupan Nabi-Nya yang mulia.