Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Perlawanan, Kisah Semut dan Cicak Pada Zaman Nabi Ibrahim

×

Perlawanan, Kisah Semut dan Cicak Pada Zaman Nabi Ibrahim

Sebarkan artikel ini
kisah semut dan cicak
Ilustrasi foto: Pexels.com/Egor Kamelev

Dalam perlawanan, bahkan tindakan sekecil semut pun bisa menunjukkan komitmen yang luar biasa – seperti kisah seekor semut dan cicak di zaman Nabi Ibrahim

BARISAN.CO – Komitmen memegang peranan krusial dalam perjuangan dan perubahan. Dalam konteks perjuangan, komitmen adalah kekuatan pendorong yang mendorong individu atau kelompok untuk tetap gigih menghadapi rintangan dan tantangan.

Dalam komitmen ada keyakinan untuk melakukan perlawanan, dalam bahasa agama bisa dikatakan sebagai bentuk keyakinan atau keimanan. Karena dalam komitmen ada pilihan dalam menentukan sikap seseorang.

Misalnya sikap untuk melawan Israel dengan memboikot produk-produknya, perlawanan itu bisa dilakukan dengan sekecil perjuangan yakni dengan sedikit kebergantungan produk-produk luar. Jika sekecil itu dilakukan maka hasil dari perusahaan merekapun akan menurun.

Contoh lain yakni dalam menentukan sikap seperti bergerak dalam wilayah perubahan baik berjuang di bidang lingkungan hidup maupun penolakan terhadap praktik korupsi.

Semua dilakukan dalam satu sikap memilih perjuangan dalam kebenaran meski secara nalar sulit untuk menang.

Selain itu juga, dalam perjuangan untuk hak asasi manusia atau keadilan sosial, individu yang memiliki komitmen tinggi akan terus berkontribusi, bahkan ketika menghadapi tekanan atau risiko pribadi.

Namun sikap inilah yang menentukan keyakinan seseorang dalam garis kebenaran. Tanpa adanya komitmen yang kuat, perjuangan bisa kehilangan momentum dan mudah mengalami kegagalan.

Komitmen mengandung elemen kepercayaan, keyakinan dan keteguhan hati untuk terus berjuang meskipun dihadapkan pada kesulitan.

Hal ini dicontohkan dalam kisah Nabi Ibarahimdengan seekor semut dan cicak. Pada suatu ketika Nabi Ibrahim dibakar oleh Raja Namrud, lalu datanglah seekor semut membawa setetes air.

“Untuk apa kamu membawa setetes air tersebut,” Tanya binatang lain kepada Semut.

Semut menjawab, “Untuk memadamkan api yang membakar Nabi Ibrahim.”

Binatang itu mentertawakan apa yang dilakukan semut, “bagaimana mungkin kamu akan memadamkan api tersebut, itu pekerjaan yang sia-sia.”

Semut itu mengatakan, “Dengan setetes air ini aku menegaskan sikap keberpihakan, yakni bahwa dipihak siapa aku berada.”

Inilah komitmen atau sikap seekor semut, meski secara nalar pikiran dengan setetes air tersebut tidak akan mampu memadamkan api yang membakar tubuh Nabi Ibarahim.

Namun setetes air tersebut menunjukan bahwa semut menegaskan sikap keberpihakan kepada yang benar.

Berbeda dengan seekor cicak, ia mendekati api yang membakar Nabi Ibrahin.

Lalu seekor binatang lain berkata, “Untuk apa kamu merayap mendekatan kobaran api yang membakar Nabi Ibrahim dan itu akan membahayakanmu.”

“Untuk meniup api yang tengah membakar tubuh Nabi Ibrahim agar semakin berkobar,” jawab Cicak.

Kemudian binatang lain itu mengatakan, “Taukah kamu apa yang kamu lakukan adalah hal yang sia-sia.”

Cicak itu kemudian mengatakan “Yah, tapi dengan itulah aku menegaskan bahwa dipihak siapa aku berada.”

Rasulullah Saw bersabda:

عَنْ أُمِّ شَرِيكٍ – رضى الله عنها أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَمَرَ بِقَتْلِ الْوَزَغِ وَقَالَ « كَانَ يَنْفُخُ عَلَى إِبْرَاهِيمَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ »

Rasulullah Saw memerintahkan untuk membunuh cicak. Beliau bersabda, “Dahulu cicak ikut membantu meniup api (untuk membakar) Ibrahim As,” (HR. Bukhari).

Dua hewan diatas yakni Semut dan Cicak menegaskan suatu keberpihakan, meski keberpihakan tersebut merupakan hal yang sia-sia. Inilah komitmen dalam perjungan, dimana kamu berpihak.

Sebab dalam menghadapi dinamika zaman dan tuntutan perubahan, individu atau organisasi perlu memiliki komitmen untuk terus beradaptasi dan berkembang.

Komitmen terhadap perubahan mencakup keberanian untuk meninggalkan zona nyaman dan menghadapi ketidakpastian. []