ORANG – orang yang memiliki karomah seperti wali, habib, kyai, dan ulama, terkadang punya kebiasaan atau tindakan yang unik dan terkadang nyeleneh di mata kebanyakan orang. Hal itu juga yang melekat pada Habib Syaikhon bin Musthofa Al-Bahar atau biasa disebut Wan Sehan.
Setiap tindakan Wan Sehan, selalu jadi perhatian masyarakat dan beberapa diantaranya bahkan viral. Salah satunya adalah kunjungan ke rumah Ahmad Dani yang tayang di media sosial dan sudah ditonton jutaan kali.
Cerita seperti itu juga terjadi waktu Wan Sehan bertandang ke rumah joglo milik Anies Baswedan di bilangan Lebak Bulus. Kisah ini terjadi dan diceritakan oleh salah satu petugas penjaga rumah Anies Baswedan. Sebut saja namanya Ridho.
Sudah jadi informasi umum, Wan Sehan memang sering bertandang ke rumah Anies. Satu hari di awal bulan Oktober 2022, beliau datang ke rumah Anies secara mendadak. Memang begitulah kebiasaannya. Tak bisa diminta jadwal kapan beliau datang. Semua serba spontan. Bahkan saat datang ke rumah Ahmad Dani pun terjadi dadakan, minta hari itu juga. Tanpa ada yang minta.
Waktu itu Anies belum pulang. Ridho yang bertugas menjaga orang nomor satu di DKI Jakarta—waktu itu masih menjabat sebagai gubernur—tersebut, menemui Wan Sehan. Ridho melayani Wan Sehan dengan baik, sebagaimana umumnya tuan rumah menjamu tamu.
“Wan Sehan memang biasanya suka minta yang aneh-aneh. Saya sudah hafal apa-apa yang harus disediakan kalau beliau datang. Misalnya rokok, jagung pipilan, buah-buahan, dan terkadang alat musik bersama sound sistem-nya,” kata Ridho.
Tapi malam itu ada hal yang aneh. Ridho, justru dipanggil mendekat. Ridho diminta menyodorkan kepala ke arah badan Wan sehan. Ridho pun mendekat dan tiba-tiba: plak! Kepala Ridho dipukul Wan Sehan berkali-kali. Seingat Ridho, mungkin sekitar 15 kali.
“Waktu itu, saya nurut aja. Gak nolak. Anehnya saya tidak merasakan sakit. Padahal pukulannya keras. Setelah itu yang membuat saya kaget, tiba-tiba dia nunjuk saya, sambil bilang: pulang,” kata Ridho.
Entah ada hubungannya atau tidak, sebelum kepalanya dipukul Wan Sehan, istrinya menelepon dan mengaku sakit kepala. Ridho memang berniat ingin pulang, karena ingin mengantarkan istrinya berobat ke dokter. Seolah-olah Wan Sehan tahu kalau ia ada perlu dan menyuruhnya pulang.
Setelah itu, Ridho segera menuju parkiran dan menstater motornya. Meski hujan, dia tetap nekat menerabasnya, karena memang inign segera bertemu istrinya. Hujan yang cukup deras, membuat beberapa ruas jalan agak tergenang.
Di satu ruas jalan, sebuah mobil melaju kencang dan menerabas genangan. Meskipun bukan genangan yang dalam, cukup untuk mencipratkan air ke motor, badan, dan bahkan wajah Ridho. Alhasil badannya pun basah kuyup terkena cipratan air.
Anehnya, Ridho merasa biasa saja dengan cobaan tersebut. Dalam kondisi normal, biasanya dia akan marah dengan perilaku pengendara mobil yang tidak memperhatikan orang lain, khususnya kepada pemotor dan pejalan kaki saat hujan.
Ridho sempat bertanya kepada diri sendiri, kenapa dia bisa setenang dan sekalem ini. Setelah tragedi cipratan tersebut, Ridho justru ingin membaca Surat Al-Ikhlas. Ayat-ayat Al-Ikhlas pun melantun lirih dari mulutnya. Setelah itu hatinya terasa semakin tenang. Ini agak di luar kebiasaan Ridho. Tapi entah mengapa seperti ada yang mendorongnya untuk melakuan hal tersebut.
Perjalanan ke rumah malam itu terasa cepat. Sesampai di rumah, ia langsung bertanya kepada istrinya.
“Bagaimana sakit kepalanya?” tanya Ridho.
“Sudah baikan,” jawab istrinya.
Ridho pun lalu meminta istrinya untuk memeriksa kepala Ridho. Sang istri sempat heran. Dia yang menelepon sakit kepala, pulang-pulang justru Ridho yang minta diperiksa kepalanya. Ridho pun lalu bercerita bahwa dia baru saja mendapat kejadian aneh, yaitu kepalanya dipukul berkali-kali oleh Wan Sehan.