BARISAN.CO – Nama Sutradara Andi Bachtiar Yusuf tengah menjadi sorotan dalam beberapa hari terakhir. Ia diduga sebagai sutradara pelaku kekerasan verbal di sebuah lokasi syuting serial yang dalam tahap produksi terhadap seorang kru perempuan.
Pria yang mendapat julukan Sutradara Terganteng itu terus diperbincangkan di media sosial terkait hal tersebut. Sempat bungkam, Andibachtiar Yusuf pada akhirnya buka suara melalui unggahan Instagram.
“Beberapa kawan bertanya secara pribadi lewat saluran yang mereka punya untuk mengakses saya, pagi ini kawan-kawan media pun mulai satu persatu menghubungi saya,” kata Andi Bachtiar Yusuf melalui akun Instagram-nya.
Ia mengaku diam bukan karena tidak ingin menjelaskan sesuatu. Namun sutradara Love for Sale itu perlu merenungkan sejenak semua yang terjadi sebelum ia berbicara.
“Saya hanya sedang mengambil posisi, melihat situasi lapangan, merenungkan setiap sudutnya, sekaligus melihat pergerakan kawan,” ujar Andi.
“Sampai kemudian malam ini saya rasa inilah saatnya saya mulai memberi respon… tentu dengan cara saya, cara Andibachtiar Yusuf,” tutupnya.
Di bagian keterangan foto, ia menyebut pernyataan ini sebagai surat cinta kepada teman-teman. Ia berkisah tentang yang belum lama ini menyutradarai serial Catatan Akhir Sekolah. Proses produksi berjalan lancar, hingga terjadi situasi yang, menurut ia, seharusnya bisa diantisipasi di masa persiapan.
Adanya masalah dalam proses syuting itu, diakui Andibachtiar Yusuf, membuatnya merasa kesal. Hanya saja, ia meyakini, dirinya tak menampar kru perempuan tersebut, melainkan mendorong.
“Suatu hari kami merasa kekurangan figuran dan saya merasa permintaan akan jumlah serta seperti apa pakaian mereka sudah terdata setidaknya H-2 sebelum produksi. Saya pernah memaksakan shooting dengan jumlah figuran terbatas, hasilnya buruk dan tentu saja nama saya ada dalam tekanan dan catatan. Makanya saya memaksa untuk menggenapi jumlah sesuai dengan kesepakatan,” tulisnya.
Adanya masalah dalam proses syuting itu, diakui Andi Bachtiar Yusuf, membuatnya merasa kesal. Hanya saja, ia meyakini, dirinya tak menampar kru perempuan tersebut, melainkan mendorong.
“Saya kesal dan memaksa talent coordinator (Sebut saja ‘kru’) untuk melengkapi jumlah, saya dorong agar menjauh karena saya sangat kesal. Sebagai orang yang percaya bahwa kekerasan sebaiknya hanya terjadi di film aksi, saya yakin betul bahwa adalah DORONGAN yang saya lakukan, bukan TAMPARAN,” tulisnya.
Yusuf menjelaskan sudah meminta maaf saat kejadian tersebut. Bahkan ketika orang tua korban mendatangi lokasi syuting dia menyebut tidak ingin melakukan kekerasan karena sama-sama punya anak perempuan.
“Saya ingat betul saat itu selain tentu menyampaikan maaf, saya juga bilang bahwa, ‘Mungkin dorongan saya terlalu keras, saya minta maaf,’ si bapak tampaknya tidak terima,” tulis Andibachtiar Yusuf.
Menurut Andibachtiar Yusuf, orang tua kru perempuan tersebut terus memaksanya menjawab. Hanya saja, ia merasa hari makin siang dan pekerjaan syuting harus dituntaskan. Alhasil, dirinya mengabaikan orang tua kru perempuan, kemudian memaksa tim kembali bekerja. [rif]