“Koko mainnya bagus tadi,” bisik Caung.
“Apa Man Caung lihat.”
“Oh, lihat..,” yakin Caung, “sekarang Koko pulang ya, nanti dicari Eyang Darpo, saya antar ya…”
Koko terdiam, manut digapai gandeng Caung keluar lingkaran penonton, diikuti pandang senyum Tarwi. Menyisir belakang warung Yu, lalu gerobak rokoknya yang dijagai Manis, Caung dan Koko mau menyeberang. Manis menyulut rokok lagi di corong lampu minyak, lalu serunya, “Caung..! Upahnya rokok sebatang ya..!?” Kendang dan gamelan kembali menghentak dan mengkloneng, memasuki babakan lanjut seni lakon Doger yang mbarang hampir tiap malam di alun-alun. Kemudian teriakan Sanut, “hak hak hak ee..!”***