Scroll untuk baca artikel
Blog

Komitmen Berdonor Darah

Redaksi
×

Komitmen Berdonor Darah

Sebarkan artikel ini

Ada perbedaan antara empati berdasar self interest dengan berdasar komitmen. Secara tampak, tindakan keduanya bisa jadi sama saja: kita membantu orang lain. Akan tetapi, komitmen lebih menimbulkan perasaan ‘wajib’ membantu, tanpa memandang apakah tindakan itu muncul dari rasa enak atau tidak enak, nyaman atau mengusik perasaan kita, saat melihat penderitaan orang lain.

Maka dalam konteks catatan ini, sekiranya tidak salah bagi kita untuk mulai berkomitmen tentang donor darah. Dan hal itu dapat dimulai dari kemauan untuk melihat lebih jauh, bahwa pernyataan “setetes darah menyelamatkan banyak jiwa” bukanlah slogan semata. Pada kenyataan di balik slogan itu, ada bobot kebenaran (accent of reality) yang membutuhkan atensi dan peran kita bersama.

Angka kematian ibu melahirkan akibat pendarahan masih tinggi. Kasus demam berdarah dengue (DBD) juga masih tinggi. Begitupun dengan kanker dan lain sebagainya. Maka sepanjang kesehatan tubuh mengizinkan, kita semestinya tidak perlu ragu mengunjungi Unit Transfusi Darah untuk berdonor demi meminimasilir kematian-kematian itu.

Lagi pula, darah bukanlah sesuatu yang berkurang saat dibagi. Tubuh sehat kita mampu memproduksi sekitar 2 juta sel darah merah baru tiap detik. Dan hanya perlu waktu seminggu untuk mengembalikan darah yang didonorkan.

Yang ingin dikatakan di sini adalah, bahwa sebetulnya berdonor tidaklah seberat dibayangkan.

Justru donor darah adalah hal yang menyenangkan. Kita tinggal mengaitkan darah di tubuh kita dengan realitas kemanusiaan yang tidak mampu dilihat tapi dapat kita rasakan. Bahwa, ada seseorang yang tidak pernah secara konkret hadir dalam kehidupan kita, di suatu tempat di luar sana, sedang menanti sumbangsih kita, disertai doa-doa baik agar hidup kita diberkahi oleh Allah Swt.

Jadi, yuk berdonor! Dermakan setetes darah kita untuk keselamatan banyak orang.


Wildan S Niam, Anggota Dewan Kehormatan PMI Provinsi DKI Jakarta