Scroll untuk baca artikel
Blog

Komitmen Berdonor Darah

Redaksi
×

Komitmen Berdonor Darah

Sebarkan artikel ini
Oleh: Wildan S Niam*

Barisan.co – Di antara seluruh sistem kesehatan yang lintang pukang akibat COVID-19, stok darah patut menjadi perhatian serius. Banyak penyakit memerlukan darah secara rutin, seperti thalasemia, kanker, dan cuci darah. Di luar itu ada pula demam berdarah, kecelakaan lalu lintas, dan lain-lain termasuk ibu melahirkan, yang kebutuhan darahnya bersifat segera.

Permintaan darah tidak pernah berhenti, dan justru di sejumlah tempat lebih banyak. Secara nasional, stok darah kita semakin jauh dari perhitungan minimal WHO sebesar 2% dari total penduduk setiap tahunnya. Di Indonesia itu setara 5,2 juta kantong per tahun. Bahkan sebelum pandemi pun, standar itu sulit dicapai.

Di Jakarta, Unit Transfusi Darah (UTD) mengalami kekurangan pasokan. Jika di hari normal UTD DKI Jakarta mampu memasok sekitar 1000 kantong darah per hari, sejak pandemi Corona, kini hanya 300-400 kantong per hari dan jumlah itu terus menurun dari waktu ke waktu. Tapi bagaimanapun, memang beginilah kecenderungan dunia saat ini.

Dunia telah berulang kali didera pandemi dan ujian kemanusiaan. Hampir tidak ada jalan mudah melewatinya. Meski demikian, cukup menggembirakan mengetahui masyarakat Indonesia tidak tinggal diam. Banyak yang memilih untuk menjadikan dunia sebuah tempat yang penuh kepedulian.

Kita melihat banyak sekali, di masa sulit ini, orang-orang secara sukarela memberikan bantuan finansial, kebutuhan pokok sehari-hari, perlengkapan medis (APD), dan lain-lain kepada sesamanya.

Bahkan sepanjang Januari sampai September, di Jakarta, sejumlah 129.972 kantong darah berhasil dikumpulkan oleh PMI DKI Jakarta. Walaupun—seperti sudah disinggung di atas—belum dapat dikatakan cukup, jumlah tersebut tidak berarti “kecil”.

Justru angka itu adalah kenyataan yang perlu disyukuri. Bahwa rupanya, masyarakat menyimpan candra jiwa untuk saling melindungi. Masih banyak orang tergerak empatinya dan memperlihatkan perilaku tolong-menolong.

Ini tentu saja cukup melegakan. Pada umumnya dalam banyak bencana, mulai yang kecil-kecil hingga yang besar-besar, masalah lebih cepat selesai bila empati dihadirkan.