Scroll untuk baca artikel
Opini

Komunis Baik Hati Itu Pergi

Redaksi
×

Komunis Baik Hati Itu Pergi

Sebarkan artikel ini

Oleh: Geisz Chalifah

Barisan.co – Agus Edi Santoso namanya, dimasa 80-an, Agus adalah buku berjalan tentang gerakan kiri, revolusi sosial dan struktur ekonomi kapitalis yang selalu dikritisinya dengan referensi yang tak jauh dari aliran Marxisme.

“Kadang kami sepakat tapi seringkali pula tidak sepakat.”

Setelah belasan tahun tak bertemu, dalam sebuah acara kumpul (Reuni aktifis 80-an), saya bertemu kembali dengan Agus Lenon (Nama yang lebih familiar diantara teman-temannya.)

Agus bercerita tentang Rasil dan Perjalanan Umrohnya bersama Nurfitri Taher (Aktifis MER C), saya meledeknya dengan bertanya : “Lo udah ga jadi komunis lagi sekarang?

Beberapa waktu lalu Rocky Gerung diancam akan dipolisikan karna pernyataannya tentang Jokowi yang tak faham Pancasila. Kasus itu ramai menjadi perbincangan publik.

Saya kemudian menulis sebuah cerita lama ketika dimasa Mahasiswa, Agus Edi Santoso berhadapan dengan Sarwono Kusumaatmaja (Sekjen Golkar saat Itu) dalam sebuah forum diskusi. Agus menyerang habis2an Soeharto dan tak ada ancaman dari Sarwono yg merupakan Sekjen dari partai Golkar dimasa regim tiran Soeharto berkuasa.

Cerita itu kemudian ramai menjadi bahan diskusi di group WA Prodem mereka mengkonfirmasi pada Agus apakah tulisan itu benar adanya ?

Dimasanya Agus adalah aktifis yang berani tapi bukan yang garang, dia terlalu lembut hati utk menjadi komunis seaslinya apa lagi menjadi penelikung teman, Agus jauh dari sifat semacam itu.

Dia mengumpulkan makalah-makalah Cak Nur yang berasal dari salinan mesin tik berasal dari copyan kertas karbon. Mengetik ulang dan mengeditnya kemudian diterbitkan penerbit Mizan, oleh Mizan Agus dihadiahkan 300 buah buku dan oleh oleh Agus buku-buku itu dihadiahkan pada teman-temannya.

Satu bulan lalu Agus menelpun bercerita tentang keinginannya untuk membuat acara Lazismu di Ancol, sebuah lembaga yang digeluti dihari – hari akhir hidupnya.

Saya langsung menyatakan siap membantu, setelahnya acara selesai Agus kembali menelphone mengucapkan terimakasih, mengabarkan acaranya telah berlangsung lancar.

Rabu Sore dua hari yang lalu, telp di hp saya berdering terpampang nama Agus Lenon dalam panggilan itu, saya tak tahu bahwa dia berada di Rumah Sakit dan sedang dirawat, saya juga tak menduga sedikitpun itu adalah telp dan pembicaraan yang terakhir dengan orang baik yang selalu memikirkan orang lain.

Dalam telpon itu Agus bertanya tentang mekanisme rumah DP Nol Persen, Agus bercerita dengan miris tentang teman-teman Prodem masih banyak yang keleleran dan belum memiliki rumah.

Jumat malam, di sebuah resto didaerah menteng, saya menggabungkan beberapa meeting dari teman yang berbeda – beda persoalan dalam satu tempat dan waktu, hingga beberapa kali harus pindah-pindah meja.

Menjelang selesai, Chalid Muhammad bertanya tentang Agus Edi Santoso, saya dengan enteng menimpali bahwa dua hari lalu Agus menelp, dalam waktu yang tak lama kemudian. Tatat Rahmita Utami, mengabarkan via telp bahwa Agus Edi Santoso meninggal dunia.

Ternyata telp Agus dua hari lalu itu dia berada di Rumah Sakit dan melarang teman yg sedang bersamanya untuk memberi tahu saya bahwa dia sedang dirawat.

Diperjalanan menuju Rumah Sakit saya meminta Chalid mengabarkan pada Anies wafatnya Agus.

Malam yang basah dihari Jumat yang berkah, Anies Baswedan memimpin doa melepas Jenazah Agus memasuki Ambulance.

Selamat jalan teman, engkau telah selesai dengan revolusi yang tak kunjung hadir. Tapi kebaikanmu selalu hadir diantara kita semua.