EFEK Anies Rasyid Baswedan yang setiap datang ke daerah selalu disambut gegap gempita, semakin memanaskan suhu politik nasional. Sepertinya eskalasi politik tiba terlalu cepat setelah gelombang massa dan histeri publik tak terbendung.
Ini mungkin di luar dugaan semua kelompok kepentingan, termasuk Partai Nasdem yang mengusung Anies sebagai Calon Presiden 2024. Bisa jadi Anies pun kaget dengan sambutan publik yang sangat antusias.
Tapi sambutan yang sangat meriah dari ribuan orang di Medan, Yogyakarta, Sragen, Ciamis, Tasikmalaya dan Palu, telah membuktikan massa Anies sudah menjadi gelombang dan mungkin pada waktunya bisa menjadi ‘Tsunami Perubahan’.
Kenyataan itulah yang membuat peta koalisi sepertinya mulai goyah dan mentah kembali. Para capres yang malu-malu untuk deklarasi pun kini tengah menghitung ulang kekuatan.
Akibatnya Presiden Jokowi yang secara eksplisit mendukung Menhan Prabowo Subianto dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pun harus ikut-ikutan mengkampanyekan kriteri calon presiden yang akan meneruskan estafet kepemimpinannya.
Jokowi sepertinya sampai saat ini tidak ‘nyaman’ dengan Anies. Entah karena pengaruh analis politik atau juga karena alasan pribadi. Sejumlah analis menyebutkan Anies adalah antitesa Jokowi. Pernyataan ini terus disampaikan Rocky Gerung. Sepertinya ini membuat Jokowi khawatir karena memang kenyataannya Anies tidak tunduk pada oligarki seperti dengan keberaniannya menghentikan reklamasi di laut Jakarta.
Jokowi sepertinya tidak yakin dengan slogan Anies yang menyebutkan pembangunan itu harus memiliki prinsip keberlanjutan (continuity) dan perubahan (change). Pernyataan ini kerap diulang Anies dalam berbagai kesempatan.
Tapi sepertinya Jokowi tetap khawatir Anies tidak akan melanjutkan proyek mercusuarnya: Ibu Kota Negara (IKN). Dalam berbagai kesempatan Jokowi menekankan IKN ini harus berlanjut bahkan diproyeksikan pada 2036 menjadi tuan rumah Olimpiade.
Tetapi di sisi lain ekonomi dunia dan juga Indonesia sedang tidak baik-baik saja. Krisis ekonomi dunia bisa saja berimbas dengan cepat ke Indonesia. Apalagi perang Rusia-Ukraina sampai saat ini belum bisa dipastikan kapan berakhir. Sementara krisis pangan akibat perang dan perubahan iklim juga semakin mengancam. Data Badan Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) sekira 222 juta orang dari 53 negara kelaparan dan hampir kelaparan pada 2022.
Jokowi vs Anies
Kekhawatiran Jokowi atas suksesi kepemimpinan di 2024 diartikulasikan dalam berbagai kesempatan dengan wujud terlontarnya sejumlah kriteria Presiden mendatang. Jokowi pernah mengatakan sebelumnya bahwa calon presiden itu harus mengerti makro dan mikro ekonomi.