Rata-rata pengeluaran untuk busana Lebaran 2025 diperkirakan Rp500.000–Rp800.000 per keluarga, turun dari Rp750.000–Rp1,2 juta pada 2024.
Makanan dan Minuman: Bertahan di Tengah Tekanan Harga
Berbeda dengan sektor fashion, UMKM makanan dan minuman tetap menjadi pemenang di Ramadhan 2025.
Tradisi buka puasa bersama, takjil, dan kirim hampers Lebaran menjadi pendorong utama.
Kategori makanan dan minuman (F&B) menyumbang 45% dari total transaksi e-commerce selama Ramadhan 2025, dengan nilai diprediksi mencapai Rp535 triliun.
Namun, pertumbuhannya hanya 8%, lebih rendah dari 12% pada 2024 (BPS 2024).
Kenaikan harga bahan baku seperti gula, tepung, dan minyak goreng di awal 2025 memaksa UMKM menaikkan harga jual.
Harga kue kering Lebaran, misalnya, naik 10-15% dibandingkan 2024.
Meski demikian, permintaan tetap stabil karena tradisi mengirim oleh-oleh dan kebutuhan konsumsi keluarga. Arus mudik yang diprediksi mencapai 193 juta orang juga menjadi pendongkrak penjualan kuliner daerah.
THR: Stimulus yang Dikepung Utang dan Kehati-hatian
Tunjangan Hari Raya (THR) senilai Rp50 triliun untuk ASN oleh Presiden Prabowo dan Diprediksi sekitar Rp120 triliun untuk sektor swasta tetap menjadi penyelamat konsumsi.
Namun, alokasi penggunaannya berubah. Survei Bank Indonesia menunjukkan, hanya 55% masyarakat yang menggunakan THR untuk belanja kebutuhan Lebaran pada 2025, turun dari 67% di 2024.
Sebanyak 30% di antaranya lebih memprioritaskan pelunasan utang, sementara 15% menyimpan dana untuk kebutuhan darurat.
Perilaku ini mencerminkan kehati-hatian akibat ketidakpastian ekonomi.
Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) BI pada Februari 2025 berada di level 118,5, turun dari 124,2 pada Februari 2024.
Meski THR tetap menggeliatkan pasar ritel—dengan transaksi naik 15-20%—lonjakan ini tidak sebesar tahun sebelumnya.
Sektor elektronik dan furniture, misalnya, hanya mencatat kenaikan penjualan 5%, jauh di bawah pertumbuhan 18% pada 2024.
Pertumbuhan Ekonomi Lebaran: Melambat Pasca-Pemulihan COVID
Jika dibandingkan dengan tiga tahun terakhir pasca-COVID, kontribusi Lebaran terhadap pertumbuhan ekonomi 2025 diperkirakan lebih rendah.
Pada 2022, momentum Lebaran mendorong pertumbuhan ekonomi kuartal II sebesar 5,4% (yoy), didominasi konsumsi rumah tangga.
Di 2023, angkanya turun menjadi 5,1%, dan pada 2024 hanya 4,8%.
Tahun ini, ekonomi kuartal II 2025 diproyeksikan tumbuh 4,5-4,7%, dengan kontribusi Lebaran sekitar 0,8-1%.
Penurunan ini disebabkan oleh tiga faktor pertama, Daya beli yang belum pulih total pasca-PHK massal dan inflasi 2024, Kedua Kebocoran konsumsi ke impor, terutama di sektor fashion dan elektronik dan ketiga, Efektivitas THR yang menurun karena alokasi dana untuk utang dan tabungan.