Hal ini mengariskan bahwa Allah memberikan karunia kepada hambanya tanpa bisa dihitung. Oleh karena itu ketika seorang hamba benar-benar lelah maka sebagaimana pesan dalam Kitab Al-Hikam yakni untuk beristirahat.
Lalu ia mampu memaknai istirahatkanlah dirimu maka lelah menjadi lillah sehingga hidup ini menjadi berkah.
Jadi dalam kehidupan ini seseorang hendaknya mengawal kata “istirahat” barangkali tidak melibatkan Allah. Melalui peristirahatan tersebut mengambil nilai spiritualitas berupa segala sesuatu hendaknya lillah.
Hal ini sebagai wujud aktivitas seorang hamba bukan hanya soal kehidupan dunia. Namun sebagai jalan menuju Allah.
Allah Swt dalam surah Hud ayat 15 dan 16 mempertegas untuk hambanya agar ia tidak focus hanya untuk kehidupan dunia.
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لا يُبْخَسُونَ أُولَئِكَ الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ وَحَبِطَ مَا صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
“Barang siapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Hud: 15-16)
Semoga lelah menjadi lillah sehingga kita mendapatkan keberkahan dalam menjalani kehidupan ini.