“Teknologi tanpa literasi digital ibarat jalan tol tanpa rambu cepat tapi berbahaya,” ujarnya kepada Barisan.co, Jumat (23/05/2025).
Ia mendesak pemerintah untuk tidak hanya membangun infrastruktur fisik, tetapi juga “infrastruktur mental bangsa”.
Menurutnya, literasi digital harus menjadi kurikulum utama di sekolah, serta pelatihan rutin bagi aparatur negara dan masyarakat umum.
Kepada masyarakat, Lukni berpesan, “Jangan hanya tahu cara membagikan, tapi juga belajar memverifikasi.” Literasi digital, katanya, adalah kemampuan berpikir jernih di tengah banjir informasi.
Ia berharap masyarakat bisa menjadi warga digital yang bijak dan tidak mudah terhasut oleh manipulasi informasi.
Dalam era di mana kecanggihan teknologi sering menenggelamkan kedalaman jiwa, Lukni Maulana hadir sebagai jembatan antara kitab kuning dan algoritma, antara pesantren dan piksel, antara suluk dan search engine.
Ia terus menulis, membimbing, dan mengajak berpikir agar umat manusia tetap punya arah, di dunia nyata maupun maya. []