Scroll untuk baca artikel
Edukasi

Makna dan Tujuan Pendidikan Menurut RA Kartini

Redaksi
×

Makna dan Tujuan Pendidikan Menurut RA Kartini

Sebarkan artikel ini

Sosok RA Kartini menjadi salah satu tokoh pembaharu pendidikan di Indonesia. Terutama sistem pendidikan atau pembelajaran bagi kaum perempuan. Sebab pada masa itu, kaum perempuan sangat tabu untuk mengenyam pendidikan. Memiliki kakak kandung bernama Sosrokartono yang bisa mengenyam pendidikan.

RA Kartini mengalami kegelisahan apa yang menimpa kaum perempuan. Kegelisahan ini ia tuangkan dalam surat-suratnya kepada para pimpinan Belanda terutama para istri. Seperti kepada istri pimpinan Partai Buruh Sosialis Demokrat yakni Henri van Kol. Pada bulan Agustus tahun 1901, Kartini menulis:

“Sangat ingin hatiku, mendapat kesempatan memimpin hati anak-anak, membentuk watak, mencerdaskan otak.”

Surat ini mengisyaratkan makna pendidikan ala RA Kartini. Bahwa pendidikan adalah upaya membentuk dan mencerdaskan. Melalui pembentukan watak, maka sikap dan perilaku seorang murid akan memiliki karakter yang saat ini didengungkan yakni pendidikan karakter. Sedangkan mencerdaskan otak adalah sebagai jalan intelektual yakni mengasah pola pikir manusia.

Lalu RA Kartini menulis surat kepada para pejabat Belanda yakni istri dari Jacques Henrij Abendanon yang bernama Rosa Manuela Abendanon. Pada tanggal 21 Januari 1901, Kartini menyampaikan:

“Pendidikan ialah mendidik budi dan jiwa, kewajiban seorang pendidik belum selesai jika ia  hanya baru mencerdaskan pikiran saja; bahwa tahu adat dan bahasa serta cerdas pikiran belum lagi jaminan orang hidup susila ada mempunyai budi pekerti.”

Surat ini semakin menegaskan konsep pendidikan ala RA Kartini. Bahwa pendidikan bukan sekadar soal budi dan jiwa. Namun ia harus mengetahui tentang kebudayaan terutama ada dan bahasa. Sungguh besar kekuatan surat RA Kartini sehingga ia mampu berpikir ke depan demi kemajuan di bidang pendidikan. Terutama pendidikan bagi kaum perempuan.

Kemudian Kartini kembali menulis surat kepada Rosa Manuela Abendanon pada tanggal 15 Agustus tahun 1902. Ia mengatakan:

“Jika mendidik anak, haruslah juga diusahakan mendidik watak, yakni yang terutama haruslah diusahakan ialah memperkukuh rasa kemauan anak yang dididik itu. Rasa kemauan itu wajiblah dibesar-besarkan oleh pendidikan, terus dan terus.”

Semakin mempertegas konsep pendidikan RA Kartini, bahwa selain memahami tujuan pendidikan juga harus mampu memahami ilmu psikologi. Karena hal ini terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Jika tidak tahu psikologi, sama saja memberikan sesuatu yang tidak sesuai dengan kebutuhan murid atau anak didik.

Penulis: Lukni Maulana