Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Khazanah

Makna Realitas Sosial dalam Lirik Lagu Gambang Semarang

:: Redaksi
22 September 2020
dalam Khazanah
Gambang Semarang

Gong

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

Oleh: Djawahir Muhammad

Barisan.co – Gambang Semarang merupakan kesenian lokal di Semarang yang menandai keragaman elemen budaya Jawa – Tionghoa dengan berbagai dimensinya, antara lain dimensi kesejarahan. Dimulai dari komunitas pemukiman di Simongan, orang-orang Cina mengembangkan wilayahnya ke Pecinan dan bersosialisasi dengan masyarakat pribumi secara intensif.

Mereka semakin eksist melalui keberhasilannya sebagai pedagang yang dapat menjalin kerjasama dengan pemerintah Belanda, sehingga tumbuh sebagai kekuatan ekonomi yang kuat. Menurut Rush (2000 ; 526) dari berbagai pajak yang disetor oleh para penguasa (pachter) candu, garam, dan cukai yang dimonopoli pengusaha Tionghoa, pemerintah Belanda dapat memperoleh pemasukan yang membuat mereka terhindar dari kebangkrutan akibat Perang Diponegoro.

Di Semarang, kerajaan gula Oei Tiong Ham Concern tumbuh sebagai perusahaan multi nasional yang pengaruhnya sangat besar dan cukup diperhitungkan oleh pemerintah kolonial. Ada kemungkinan hal ini memberikan pengaruh ketika Li Ho Soen sebagai anggota Volksraad mengajukan usulnya untuk mendirikan perkumpulan kesenian Gambang Semarang pada tahun 1930.

BACAJUGA

obituari djawahir muhammad

Gus Mus: Djawahir Muhammad Sosok Seniman yang Setia dengan Seninya

17 Januari 2023
100 Hari Djawahir Muhammad

Aktor Studio Gelar Obituari 100 Hari Djawahir Muhammad

10 Januari 2023

Dari catatan ini dapat diinterpretasikan bahwa kehadiran Gambang Semarang merupakan itikad baik masyarakat / etnis Tionghoa untuk bekerjasama dengan masyarakat / etnis Jawa.

Pada perkembangannya lebih jauh, peranan masyarakat Tionghoa dalam menjaga eksistensi Gambang Semarang sangat besar, mulai dari fungsi penyandang dana, penyedia lokasi berlatih dan bermain, proses kreatif dsb.

Keterbukaan dan relasi sosial yang berlangsung pada kedua etnis menjadi setting lahirnya budaya multikultural, ditandai dengan berbagai kreativitas seni, serta genre seni “seni pembauran” atau “seni peranakan”. Gambang Semarang juga berperan penting dalam proses kecakapan teknis bermain musik, sebagaimana alih kecakapan kedua etnis dalam seni memasak, seni membatik atau bentuk-bentuk pendidikan seni dan budaya lainnya.

Melalui media med-arb, spirit unity in diversity dan medium toekar tambah Gambang Semarang diprediksi telah berhasil mereproduksi karya-karya seni yang menunjukkan spirit multikulturalisme kedua etnis (Jawa dan Tionghoa).

Melalui proses tukar-tambah itu berbagai ekses atau konflik bisa ditepis atau diredam, berbagai “kerugian” atau perlakuan kurang simpatik pada masa lalu dapat diterima sebagai realitas sejarah. Fakta-fakta tersebut merupakan segmentasi proses hybridasi budaya kedua etnis menuju ke arah kehidupan yang pluralistik dan multikultural.

Yang dimaksud dengan frasa “kesenian musik khas Semarang” dalam konteks ini adalah keberadaan kesenian Gambang Semarang sebagai penanda (ikon) kota Semarang, khususnya dalam aspek seni musik yang dihayati oleh masyarakat Semarang dan diakui perbedaannya oleh masyarakat yang lain.

Frasa tersebut merupakan kata kunci untuk menjelaskan bentuk atau struktur keunikan kesenian ini dibandingkan dengan keunikan struktur kesenian serupa semisal Gambang Kromong Betawi. Hal ini sekaligus merupakan bentuk legitimasi kesenian Gambang Semarang sebagai wujud identity of kind dari hakekatnya sebagai identity of mind karakteristik masyarakat Semarang yang multi etnis.

Yang dimaksud dengan frasa “kesenian musik khas Semarang” dalam konteks ini adalah keberadaan kesenian Gambang Semarang sebagai penanda (ikon) kota Semarang, khususnya dalam aspek seni musik yang dihayati oleh masyarakat Semarang dan diakui perbedaannya oleh masyarakat yang lain.

Frasa tersebut merupakan kata kunci untuk menjelaskan bentuk atau struktur keunikan kesenian ini dibandingkan dengan keunikan struktur kesenian serupa semisal Gambang Kromong Betawi. Hal ini sekaligus merupakan bentuk legitimasi kesenian Gambang Semarang sebagai wujud identity of kind dari hakekatnya sebagai identity of mind karakteristik masyarakat Semarang yang multi etnis.

Unsur Sistem Peralatan: perpaduan alat musik Jawa – Tionghoa
Salah satu unsure “identitas” kesenian Gambang Semarang adalah perpaduan peralatan musik yang dipakai. Peralatan musik tersebut merupakan perpaduan atau komposisi peralatan musik pukul, gesek dan tiup dari Jawa dan Tionghoa dapat dilihat dari ilustrasi gambar berikut :

  1. Gambang : alat musik pukul dari bilah-bilah kayu sejumlah 20 buah
  2. Bonang; Alat musik Pukul dari bilah-bilah logam (be si, perunggu, logam) sejumlah 7 buah / bilah, jumlahnya dapat bervariasi
  3. Kromong, alat musik pukul dari logam, bentuknya bulat, berjumlah 7 – 11 buah
  4. Tehiyan, alat musik gesek dari Cina
  5. Sukong, alat music gesek dari Cina
  6. Gong, alat musik pukul besar- kecil, untuk gambang Semarang jumlahnya hanya 4 ( empat) buah
  7. Kendang, alat musik dari kayu dengan rongga berbentuk bulat ditengah di mainkan dengan dua buah tangan di kanan kiri rongga yang tertutup kulit.
  8. Seruling bambu, alat musik tiup dengan 7 (tujuh) buah lubang yang menghasilkan nada apabila ditiup sambil sebagian lubangnya di buka tutup sesuai nada yang diinginkan.
  9. Kecrek, alat musik pukul dari lempengan logam
Realitas Sosial Lagu Gambang Semarang

Realitas sosial yang melibatkan Gambang Semarang adalah perannya dalam perubahan sosial di Semarang adalah membongkar struktur atau tatanan masyarakat di lingkungan etnis Tionghoa secara komprehensif yang menyangkut individu-individu, tata nilai, organisasi sosial dan struktur budayannya.

Dalam konteks perubahan sosial terkait dengan akulturasi budaya jawa – cina di Semarang melalui forum kesenian, peran Gambang Semarang adalah memberi peluang kepada masyarakat Tionghoa di Semarang yang semula tertutup untuk berinteraksi lebih terbuka dengan masyarakat pribumi (jawa) baik secara individu maupun kelompok.

Terbukti, melalui interaksi sosial Gambang Semarang telah berkontribusi mengangkat realitas sosial etnis Tionghoa yang semula eklusif menjadi terbuka.

Gambang Semarang telah berperan serta membongkar struktur budaya etnis Cinta untuk berintegrasi dengan budaya lokal (jawa) sampai terbentuknya entitas budaya multikultural, atau membentuk satu elemen budaya baru yakni hybrid culture.

Gambang Semarang bukan hanya nama sebuah lagu, tapi juga sebuah struktur, sistem, dan intitusi sosial yang memiliki berbagai dimensi. Dalam konteks ini Gambang Semarang diasumsikan sebagai bentuk struktur sosial yang diamati dari berbagai pendekatan, antara lain dengan menafsirkan pesan salahs atu lirik lagu berikut:

Apa guna bung, malu-malu kucing
Meang-meong di belakang swaranya nyaring
Apa guna bung diam-diam kucing
Sudah menerkam sebelum berunding

Aksi kucing membikin perselisihan
Salah-salah dari kawan jadi lawan

Apa guna bung aksi-aksi kucing
Urusan kecil bisa jadi meruncing

Melalui teks lirik lagu Aksi Kucing tersebut penulis lirik menyinggung perilaku masyarakat yang hipokrit (munafik), yaitu berpura-pura malu, tetapi sifatnya persis seperti seekor kucing; sudah menerkam sebelum berunding.

Dalam format keindonesiaan, posisi kesenian Gambang Semarang adalah bagian dari kebudayaan yang seringkali dikategorikan dalam berbagai bingkai; ada yang berbingkai wilayah semisal kebudayaan lokal, nasional dan global.

Ada yang berbingkai ideologis semisal kebudayaan Islam atau kebudayaan Hindu, ada juga berbingkai waktu atau periodisasi semisal kebudayaan tradisional, kebudayaan modern, kebudayaan pop, dan Gambang Semarang dapat dikategorikan sebagai sebi hibrida.

Gambang Semarang merupakan pelopor dalam poerkembangan seni akulturasi atau bentuk seni hibrida yang mempertemukan perbedaan etnis dan elemen budaya, seperti yang sudah dilakukan oleh kesenian Gambang Kromong Jakarta.

*Djawahir Muhammad; Budayawan Semarang

Topik: Djawahir MuhammadGambang SemarangSejarah Kota Semarang
Redaksi

Redaksi

Media Opini Indonesia

POS LAINNYA

dejavu adalah
Khazanah

Arti Dejavu dan Penjelasannya Menurut Islam,  Gus Baha: Setiap Orang Mengalami

5 Mei 2023
apotek dan sekolah farmasi
Khazanah

Ternyata Apotek dan Sekolah Farmasi Karya Peradaban Islam

1 Mei 2023
ajian semar mesem
Khazanah

Inilah Ajian Semar Mesem, Doa dan Mantra Caleg Menarik Simpati Pemilih

26 April 2023
makna lebaran
Khazanah

Makna Idul Fitri: Lebaran, Luberan, Leburan, dan Laburan

20 April 2023
Kitab Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah
Khazanah

Isi Kitab Risalah Ahlussunnah Wal Jamaah KH Hasyim Asy’ari, Download PDF

17 April 2023
imam al-qusyairi
Khazanah

Imam Al-Qusyairi Sosok Sufi Penjaga Ajaran Tasawuf

10 April 2023
Lainnya
Selanjutnya
Inner Circle Covid-19

Covid-19 Ancam Inner Circle Penduduk DKI Jakarta

Breaking News! Pilkada Serentak Ditunda, Kecuali Solo dan Medan

Breaking News! Pilkada Serentak Ditunda, Kecuali Solo dan Medan

Diskusi tentang post ini

TRANSLATE

TERBARU

Bahlil Lahadalia Menjadi Pengusaha
Terkini

Bahlil Lahadalia Ajak Lulusan Universitas Paramadina Menjadi Pengusaha

:: Redaksi Barisan.co
1 Juni 2023

Orasi ilmiah "Kebijakan Investasi untuk Mencapai Indonesia yang Sejahtera"

Selengkapnya
kandungan gizi tempe

Kandungan Gizi Tempe, Berikut Cara Menggoreng yang Baik dan Renyah

1 Juni 2023
korupsi dan ideologi

Korupsi dan Rontoknya Ideologi

1 Juni 2023
Kalender Jawa Juni 2023 Lengkap, Weton dan Penanggalan Hijriah

Kalender Jawa Juni 2023 Lengkap, Weton dan Penanggalan Hijriah

1 Juni 2023
Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2023

Poster Perhatikan Kebutuhan Pokok Bukan Terus Merokok, Mahasiswa Peringati Hari Tanpa Tembakau Sedunia

1 Juni 2023
ChatGPT Menyesatkan, Pengacara ini Bakal Kena Sanksi Pengadilan

ChatGPT Menyesatkan, Pengacara ini Bakal Kena Sanksi Pengadilan

1 Juni 2023
Dampak Buruk Polusi Cahaya bagi Kesehatan

Dampak Buruk Polusi Cahaya bagi Kesehatan

1 Juni 2023
Lainnya

SOROTAN

korupsi dan ideologi
Opini

Korupsi dan Rontoknya Ideologi

:: Redaksi Barisan.co
1 Juni 2023

Korupsi dan ideologi

Selengkapnya
Pohon Hayat dan Pohon Ditebang

Pohon Hayat dan Pohon Ditebang

31 Mei 2023
Mengawasi Black Campaign

Penguatan Peran Bawaslu dalam Mengawasi Black Campaign di Sosial Media pada Pilpres 2024

31 Mei 2023
Denny Indrayana, Profesor Asli Bukan Kompresor Apalagi Provokator

Denny Indrayana, Profesor Asli Bukan Kompresor Apalagi Provokator

30 Mei 2023
Pemilu Turki: Kemenangan Petahana, Kekalahan Lembaga Survei

Pemilu Turki: Kemenangan Petahana, Kekalahan Lembaga Survei

29 Mei 2023
Era Disrupsi, Pejabat dan Pengamat

Era Disrupsi, Pejabat dan Pengamat

29 Mei 2023
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Risalah
  • Sastra
  • Khazanah
  • Sorotan Redaksi
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang