Scroll untuk baca artikel
Blog

Marva Sang Burung – Cerpen Lukni Maulana

Redaksi
×

Marva Sang Burung – Cerpen Lukni Maulana

Sebarkan artikel ini

Kematian bukanlah sesuatu yang datang dengan tiba-tiba tetapi merupakan sebuah proses yang bertahap menuju Puya (dunia arwah, atau akhirat). Dalam masa penungguan itu, jenazah dibungkus dengan beberapa helai kain dan disimpan di bawah tongkonan. Arwah orang mati dipercaya tetap tinggal di desa sampai upacara pemakaman selesai, setelah itu arwah akan melakukan perjalanan ke Puya.

Inilah kehidupan wahai adik-adikku. Ada saatnya kita meninggalkan kehidupan ini dan kembali kepada kehidupan yang lebih membahagiakan dari apa yang kita punyai sekarang.

Adikku kita memiliki pegangan tersendiri dalam agama. Lalu Marva membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an.

“Ya Tuhan Kami Engkau telah mematikan Kami dua kali dan telah menghidupkan Kami dua kali (pula)..”. (QS. Al-Mumin: 11).

Sungguh pada setiap bernyawa akan meninggalkan dunia ini.

“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati kecuali dengan izin Allah”. (QS. Ali-Imarn: 145).

Wahai adik-adiku tersayang, maka perbanyaklah engkau mengingat kematian. Sungguh kakakmu ini selalu mengingatnya sewaktu habis salat. Karena engkau akan menikmatinya.

Keluarga Marva menikmati perjalanannya. Mengambil sisi-sisi kehidupan yang sebenarnya memberikan pengetahuan dan kesuksesan bagi mereka yang mengoptimalkan potensi berupa akal pikiran.

Wahai adikku, setelah engkau menikmati perjalanan kematian. Engkau akan menikmati dalam menunggu datangnya hari kiamat. Ada awal tentunya ada akhir. Wahai adikku engkau akan menunggu hari pembangkitan. Peradilan Tuhan akan diberlakukan pada setiap insan.

Wahai adikku setelah engkau menikmati perjalanan penantian yang panjang ini. Tempat yang indah akan menantimu yakni surga. Bukan neraka wahai adikku, tempat di mana orang-orang hina tinggal kekal. Wahai adikku surga kau ciptakan tidak hanya setelah engkau tiada, tapi ciptakanlah surga itu di dunia. Marva menengadahkan tangan lalu ia membaca doa kebahagiaan dunia dan akhirat.

Wahai adikku jadilah manusia yang berguna.

Wahai adikku jadilah manusia seutuhnya.

Sang burung elang, meninggalkan beberapa pesan untuk adiknya dan tidak lupa kotak yang berisi 10 lembar kertas lusuh.

Dialah Sang Marva, memberikan yang terbaik untuk adik-adiknya. Marva seorang gadis desa, lalu menikah dan ditinggal mati muda oleh suaminya serta di karuniai anak-anak laki-laki seumuran anak sekolah dasar.

Kedua adiknya beserta anak semata wayang Marva berpelukan. Cucuran air mata dan pelukan erat itu seperti waktu sedia kala, hingga memantapkan untuk berhenti.