BARISAN.CO – Kata orang jodoh adalah misteri. Kadang sulit dicari, dibiarkan justru menghampiri. Tak heran jika perihal jodoh selalu menjadi bahasan yang tak pernah membosankan hingga kini.
Bagaimana orang bertemu dengan jodohnya pun bisa bermacam-macam. Ada yang bertemu di sekolah, kampus, kantor, pesta, acara reuni, tempat ibadah, jalan dan saat liburan.
Tentu sudah banyak kisah yang kita dengar. Dari orang-orang terdekat kita, bagaimana mereka bertemu dengan pasangannya. Di tempat yang tak terduga dan waktu yang tak di sangka-sangka. Bahkan dengan orang yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya.
Di era modern seperti sekarang ini, pertemuan seseorang dengan jodohnya semakin unik. Melalui kencan online! Pertemuan tak dilakukan di dunia nyata melainkan di dunia maya.
Pasangan Zaenal dan Lany misalnya. Mereka bertemu tahun 2015. Awalnya mengobrol di aplikasi kencan Setipe.com. Merasa cocok, mereka pun memutuskan untuk bertemu.
“Ya udah nanti kita coba ketemu, di kantor lo ya,” kata Lany, dikutip dari YouTube Setipe.com yang diunggah 2016 lalu.
Begitu juga dengan Aski dan Siska. Pasangan sukses Setipe.com ini juga bertemu di tahun 2015. Aski memutuskan bermain Setipe.com karena rutinitas hariannya membutuhkan waktu delapan jam kerja. Sehingga dia membutuhkan media atau tools untuk berinteraksi sosial, salah satunya adalah Setipe.com.
“Saya coba searching – searching dan bertemu dengan Siska di Desember 2015,” katanya.
Berbeda dengan suaminya, Siska memakai aplikasi Setipe.com awalnya hanya untuk iseng. Tapi siapa sangka, hubungannya bisa sejauh ini. Keluarga dan teman tidak percaya. Tapi begitulah nyatanya, mereka dipertemukan karena aplikasi kencan.
Jika menilik riset dailysocial.id di 2017, mencari jodoh di aplikasi kencan belum banyak dilakukan masyarakat Indonesia. Terlihat dari jumlah responden yang pernah menggunakan aplikasi kencan lebih sedikit daripada yang belum menggunakan.
Ada enam aplikasi kencan dalam daftar pertanyaan yaitu Tinder, Setipe.com, Lunch Actually, Flutter Asia, Paktor, dan Okcupid. Sebanyak 35 persen responden tidak pernah mendengar aplikasi – aplikasi tersebut. Artinya 65 persen lainnya sudah pernah dengar. Namun 59 persen di antaranya mengaku belum pernah menggunakan aplikasi kencan sama sekali.
Tampaknya kencan bukanlah masalah besar bagi masyarakat Indonesia. Responden tidak mau mengakui jika mereka memiliki masalah kencan, bahkan dalam survei tanpa nama. Begitu kesimpulan dailysocial.id pada penelitian ini.
Mayoritas pengguna aplikasi kencan di Indonesia juga hanya iseng. Sedikit yang memiliki niatan untuk mencari jodoh. “Saya sih enggak pakai ya. Tapi banyak temen yang pakai, ngakunya sih hanya iseng. Beberapa juga ada yang pakai untuk selingkuh,” ujar Erri (41) kepada barisan.co (16/02).
Erri mengungkapkan rekan kerjanya pernah ketahuan selingkuh di aplikasi kencan tinder.
Kenaikan Sejak Pandemi
Penelitian di atas dilakukan pada 2017. Jauh sebelum pandemi melanda dunia. Faktanya sejak adanya Covid-19, pengguna aplikasi kencan di Indonesia justru mengalami kenaikan.
Tinder mencatat rata – rata durasi percakapan saat ini mencapai 19 persen. Sementara jumlah kecocokan antar pengguna Tinder bertambah hingga 29 persen.
“Jumlah percakapan di Indonesia meningkat dengan rata-rata sebesar 23 persen dan rata-rata durasi percakapan meningkat 19 persen lebih lama,” kata Elie Seidmen, CEO Tinder yang dikutip dari bisnis.com.
Menurut Elie, sejak beberapa wilayah menerapkan karantina, percakapan sehari – hari di seluruh dunia rata-rata meningkat sebesar 20 persen. Durasi percakapannya menjadi lebih lama yaitu 25 persen.
Sejak pandemi banyak orang yang merasa kesepian. Dalam berbagai survei menyebutkan masyarakat di beberapa negara mengalami kesepian selama pandemi berlangsung.
Bahkan baru-baru ini, pemerintah Jepang menunjuk Menteri Revitalisasi Regional Tetsushi Sakamoto mengatasi masalah kesepian dan isolasi di negaranya.
Langkah itu dilakukan untuk melindungi warga Jepang dalam menjalin hubungan antar manusia. Kasus bunuh diri di negara matahari terbit itu pun meningkat selama pandemi.
Sementara itu, Psikolog dan Ketua Ikatan Psikolog Klinis Indonesia Indria Laksmi Gamayanti mengungkapkan separo masyarakat yang data ke psikolog mengaku merasa kesepian saat pandemi.
Sudah ada 14.619 orang yang mengakses layanan psikologi. Mereka terdiri dari anak – anak hingga orang dewasa yang mengaku terdampak pandemi. Sebanyak 57, 6 persen terindetifikasi memiliki gejala depresi, sulit tidur dan kesepian.
Kesepian, bisa jadi menjadi alasan orang-orang menggunakan aplikasi kencan selama pandemi. Situasi ini dijadikan perusahaan aplikasi kencan untuk mengembangkan bisnisnya. Mereka berlomba-lomba menambah fitur baru untuk menarik pengguna.
Seperti yang dilakukan Bumble Inc. Perusahaan aplikasi kencan daring asal Amerika Serikat (AS) ini menambahkan game dan fitur menarik lainnya selama pandemi. Kini aplikasi kencan ini makin diminati.
Bahkan dalam pembukaan bursa saham AS pada Kamis (11/2), harga saham Bumble melesat hingga 85 persen, berkisar 76 dollar AS. Hal ini membuat pendiri Bumble, Whitney Wolfe Herd menjadi miliarder termuda di usia 31 tahun.
“Pandemi telah membuktikan bahwa kesepian bukanlah rancangan hidup. Maka, kami merasa jika kami berasa di posisi yang tepat untuk berkembang dan banyak orang yang telah melihat manfaat dari kencan online,” kata Wolfe Herd, dikutip dari Blomberg.com. Jika pandemi terus saja berlangsung dan kesepian makin parah, maka bisa jadi aplikasi kencan akan memiliki masa depan yang cerah. []
———-
Indeks Laporan:
- Media Sosial Rawan Perselingkuhan
- Aisha Wedding dan Alasan Maraknya Pernikahan Dini di Madura
- Masa Depan Aplikasi Pencarian Jodoh
Penulis : Yusnaeni
Diskusi tentang post ini