Scroll untuk baca artikel
Blog

Media Turut Berperan Dalam ‘Mengadu Domba’ Perempuan

Redaksi
×

Media Turut Berperan Dalam ‘Mengadu Domba’ Perempuan

Sebarkan artikel ini

Menjadi perempuan bukan hal yang mudah. Saat bersikap ramah, terkadang dianggap centil. Namun, disaat tidak bersikap ramah pun dianggap kesalahan. Lalu, apa sebenarnya yang harus dilakukan? Jika apapun yang dilakukan dianggap kesalahpahaman.

Begitupun dengan urusan lain. Saat melajang menjadi pilihan dianggap tidak laku. Padahal, perempuan bukan barang yang diperjualbelikan. Namun, saat dihadapkan kegagalan, acapkali disalahkan karena dianggap tidak mampu untuk mempertahankan hubungan.

Mendapatkan kebaikan dari laki-laki juga dinilai tidak wajar. Beberapa orang di sekitar bahkan menilai jika kebaikan yang saya terima dari lawan jenis karena orang tersebut menginginkan sesuatu atau ia memiliki perasaan lebih. Bukankah ini menggelikan? Sejak kapan kebaikan diartikan dengan negatif?

Kini, perempuan pun diadu domba. Dibandingkan dengan perempuan lainnya yang membuat kami sakit. Tentu, kita tidak menampik media terkadang berperan dengan memberikan judul boombastis, seperti; “Mengenakan Pakaian yang Sama, Siapa yang Lebih Cantik?”, “Inilah Deretan Perempuan Cantik Versi…”, dan lain sebagainya.

Bahkan saat, seorang perempuan yang telah menjadi mantan isteri, ia juga dibandingkan dengan isteri baru dari seseorang. Sebut saja, Krisdayanti dan Ashanty jika di tanah air. Di Hollywood pun ada Jeniffer Aniston dan Angelina Jolie yang keduanya merupakan mantan dari aktor Brad Pitt. Netizen disana juga membuat polling di Twitter.

Contoh lainnya yang terjadi di tanah air, media dianggap turut berperan dalam seteru antara Nagita Slavina dan Ayu Ting Ting. Beberapa waktu lalu bahkan Ayu di-bully lantaran mengenakan kalung yang disinyalir mirip dengan yang dikenakan oleh Nagita. Gaya berpakaian keduanya pun sering disorot. Saya bahkan tidak memahami alasan media dan netizen seringkali menjadi api dalam sekam diantara keduanya. Mengerikannya lagi ialah ketika pengadu domba itu juga perempuan.

Beberapa orang, tidak menyadari jika mereka penyebab lahirnya Narcissus di masyarakat. Narcissus merupakan dewa Yunani yang sombong, egois, dan mencintai diri sendiri serta penampilannya. Dan, itulah yang membuatnya hancur.

Budaya mengadu domba perempuan dengan perempuan membuat tekanan dan bisa sangat berbahaya. Itu terjadi saat perempuan mulai memvalidasi diri mereka. Membandingkan penampilan dengan orang lain. Bahkan mencari cacat seseorang yang dianggap lawannya untuk dihancurkan. Namun, semua ini adalah kesalahan besar.

Adu domba ini pada akhirnya menimbulkan keretakan, kecurigaan, kecemburuan, serta rasa tidak aman antar perempuan.

Seharusnya kita menghentikan segala bentuk cercaan dan membandingkan fisik dan melemparkan hujatan diantara perempuan. Kita sesama perempuan mulai saat ini harus saling menguatkan dengan bergandengan tangan dan memberikan dukungan satu sama lain. Seperti pepatah, yang lemah bersatulah agar dapat mengalahkan yang paling kuat. Dan inilah waktunya, perempuan bersatu melawan dunia termasuk adu domba antar perempuan. [rif]