Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Melamun Berisiko Tinggi Insomnia

Redaksi
×

Melamun Berisiko Tinggi Insomnia

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Melamun (daydreaming) adalah suatu kondisi seseorang yang mengalami keterputusan sesaat pada pikirannya dengan lingkungan sekitar. Kondisi ini kerap kali dialami, bahkan setiap orang pasti pernah melamun.

Kadang melamun disebut sebagai sebuah ‘kerjaan’ karena lebih banyak terlihat hanya berbengong diri meskipun tidak semua orang seperti itu. Bagi sebagian orang bayangan dalam sebuah lamunan kadang lebih mengasyikkan dari pada melaksanakan di dunia nyata. Jika anda salah satunya, ada baiknya untuk segera melakukan hal lain saat tak ada kegiatan.

Menurut studi terbaru, terlalu sering melamun membuat seseorang berisiko untuk terkena insomnia primer. Studi ini mengungkapkan bahwa melamun terjadi disebabkan oleh otak yang tidak bisa ‘beristirahat’ untuk siaga sejenak, sehingga ia terus-menerus bekerja.

Insomnia adalah sebuah gejala yang dapat menyertai beberapa tidur, gangguan medis dan psikiatris, ditandai oleh kesulitan terus-menerus tertidur atau tetap tertidur meskipun peluang tersebut.

Insomnia biasanya diikuti dengan gangguan fungsional saat terjaga. Kedua insomnia organik dan non-organik tanpa sebab lainnya merupakan gangguan tidur, insomnia primer.

Salah satu definisi dari insomnia adalah kesulitan memulai atau mempertahankan tidur, atau tidur nonrestorative, terkait dengan gangguan fungsi di siang hari atau tekanan ditandai untuk lebih dari 1 bulan.

Masalah kesiagaan otak ini tak hanya memberi efek pada siang hari, tetapi juga pada malam hari. Sebab orang tersebut akan lebih sering terjaga karena mereka tidak bisa menghentikan pikiran-pikiran yang muncul di kepalanya.

Studi Melamun Berisiko Tinggi Insomnia

Untuk menemukan hubungan antara melamun dan insomnia, tim peneliti dari University of California membandingkan scan otak dari 25 orang dengan insomnia primer dan 25 orang tanpa gangguan tidur.

Mereka menemukan bahwa keduanya sama-sama kompeten menyelesaikan tugas-tugas yang melibatkan memori. Akan tetapi orang dengan insomnia primer tidak bisa mengendalikan pikirannya, serupa dengan melamun.

Scan yang dilakukan pada otak orang dengan insomnia primer mengungkapkan bahwa mereka tidak bisa ‘menutup’ bagian di otak yang terkait dengan fungsi berpikir dan berkhayal. Akibatnya, mereka akan kesulitan jika diminta untuk fokus. Ini tentu membuat mereka kesulitan untuk bekerja di siang hari dan juga menjelaskan mengapa mereka mengalami kesulitan untuk tidur di malam hari.

Orang-orang yang tidur dengan baik mampu mengaktifkan dan menonaktifkan daerah otak yang digunakan untuk melaksanakan fungsi berpikir dan berkhayal tadi. Sehingga mereka mampu fokus lebih baik untuk menyelesaikan tugas-tugas rumit.

Dr Sean Drummond, salah satu peneliti, menjelaskan bahwa orang-orang dengan insomnia tak hanya mengalami kesulitan tidur di malam hari. Selain kesulitan tidak membuat otak mereka tidak berfungsi dengan efisien di siang harinya.

“Tidak mengherankan bahwa seseorang dengan insomnia butuh kerja keras untuk bisa menyelesaikan aktivitas dan pekerjaan mereka jika dibandingkan dengan mereka yang tidurnya sehat,” terang Dr. Drummond. Hasil studi ini telah dipublikasikan dalam jurnal Sleep.