Tentu saja, ada kalanya konsekwensi, seperti menyita waktu istirahat diperlukan. Tetapi masalahnya konsekwensi dalam bentuk hukuman yang terus-menerus adalah bahwa itu tidak benar-benar mengajari anak sesuatu yang bermanfaat. Dalam kebanyakan kasus, ini mengajarkan mereka bahwa orang yang paling berkuasa menang, adil atau tidak.
Seperti contoh kasus anak memecahkan kaca jendela. Hukuman, tekanan hingga kemarahan tidak memberikan pelajaran kepada anak masalah tanggungjawab. Semua diambil alih oleh orang tua, dan anak harus menerima balasan atas “dosa” mereka.
Gaya pengasuhan otoritatif menetapkan batasan dan mengharapkan anak-anak mereka untuk berperilaku bertanggung jawab, orang tua tidak hanya menuntut kepatuhan. Mereka berkomunikasi dan mengajak anak berpikir, yang dapat membantu menginspirasi kerja sama dan mengajari anak-anak alasan di balik aturan. Gaya otoritatif bisa disebut juga dengan gaya demokratis.
Gaya Anda sendiri menentukan keberhasilan anak
Memilih gaya pengasuhan bukan perkara benar salah atau baik tidak baik. Artinya setiap keluarga memiliki karakteristik dan kultur yang beragam. Nah apakah Anda merasa ada kesesuaian hasil penelitian para pakar tentang parenting style, itu hal yang menurut saya membutuhkan catatan.
Tidak ada “satu gaya cocok untuk semua”. Anda tidak perlu berfokus kepada hanya satu jenis, karena mungkin ada saatnya Anda harus menggunakan pendekatan pengasuhan yang bervariasi — tetapi dalam koridor yang rasiojal dan berpusat kepada kebutuhan proses pendidikan anak.
Yang perlu kita pahami adalah bahwa pola moderasi kepengasuhan berkaitan erat dengan pola tumbuh kembang. Gaya pengasuhan otoritatif akan membutuhkan pengetahuan kita tentang wawasan tumbuh kembang anak lebih luas dan terus diupdate. Kita tentu perlu berhati-hati sehingga terjebak kepada gaya yang permisif, karena ingin menunjukkan keberpihakan kepada kemuan anak.
Jadi garis “aman” nya adalah sikap moderat dan kecenderungan mengedepankan nalar positif dan penananaman kesadaran bertanggungjawab sesuai dengan usia anak.