Scroll untuk baca artikel
Khazanah

Memahami Makna Keberkahan, Jika Sekiranya Semua Bertakwa Kami Limpahkan

Redaksi
×

Memahami Makna Keberkahan, Jika Sekiranya Semua Bertakwa Kami Limpahkan

Sebarkan artikel ini
Makna Keberkahan
Ilustrasi foto/Pexels.com

Keberkahan juga sering kali terkait dengan spiritualitas dan keimanan, di mana seseorang merasa terhubung dengan kekuatan atau kehadiran yang lebih besar

BARISAN.CO – Kata keberkahan menjadi bentuk doa untuk mendapatkan keadaan atau kondisi seseorang atau suatu hal mendapatkan berbagai bentuk kebaikan, keberuntungan, atau kebaikan spiritual.

Seringkali, keberkahan dianggap sebagai hasil dari kebaikan hati, ketekunan, dan ketulusan seseorang dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Orang-orang sering berharap untuk mendapatkan keberkahan dalam hidup mereka, dan menganggapnya sebagai sebuah anugerah yang bernilai tinggi.

Keberkahan juga sering kali terkait dengan spiritualitas dan keimanan, di mana seseorang merasa terhubung dengan kekuatan atau kehadiran yang lebih besar, dan merasakan kasih sayang serta bimbingan yang tak terukur.

Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad, Nasa’i, Ibnu Majah, Ad-Darimi, Ibnu Sunni dan yang lainnya dengan kedudukan status hadits hasan menceritakan.

Pada suatu saat Uqail bin Abu Thalib baru saja menikah dengan seorang wanita dari kalangan bani Jasym. Tamu-tamu berdatangan, selayaknya upacara pernikahan sebagaimana saat ini, para tamu juga menyampaikan dan memberikan ucapan selamat beserta doa.

Akan tetapi, disinilah kegundahan mulai dirasakan Uqail bin Abu Thalib.

“Bir rafa’i wal banin, Semoga bahagia dan banyak anak,” kata para tamu kepada pengantin laki-laki.

Mendengar ucapan selamat yang demikian, Uqail bin Abu Thalib segera teringat Rasulullah Saw. Kepada tamu yang berdoa tadi ia berkata:

“Jangan kalian mengatakan demikian, karena sesungguhnya Rasulullah Saw telah melaranga hal tersebut.”

“Kalau demikian, apakah yang harus kami katakan, wahai Abu Zaid?,” kata mereka.

“Katakan oleh kalian,” jawab Uqail bin Abu Thalib, “Semoga Allah Swt karuniakan berkah kepadamu, dan semoga Ia limpahkan berkah atasmu, dan semoga Ia himpun kalian berdua dalam kebaikan. Demikian yang diperintahkan kepada kita.”

بَارَكَ اللهُ لَكَ وَبَارَكَ عَلَيْكَ وَجَمَعَ بَيْنَكُمَا فِي خَيْرٍ

Barakallahu laka wa barakallahu alaika, wa jama’a bainakuma fii khoir.

Artinya: “Semoga Allah memberkahimu di waktu bahagia dan memberkahimu di waktu susah, serta semoga Allah mempersatukan kalian berdua dalam kebaikan.” (HR. Abu Dawud).

Doa inilah yang senantiasa kita panjatkan manaka ada saudara kita yang menikah. Kata-kata yang penuh dengan mutiara kehidupan agar diberikan keberkahan dalam mengarungi hidup ini.

Keberkahan selain doa pernikahan dalam kisah hadits di atas, sering kita temui dalam kehidupan sehati-hari baik itu kara barakah, berkah maupn tabarukan yang senada dengan kata tersebut.

Bahkan di kalangan para santri di Pondok Pesantren, ketika melihat air minum bekas dari Kiainya lalu ia meminumnya dan acapkali semoga mendapatkan keberkahan dari kiai. Lantas makna berkah dari konteks tersebut apakah air minum atau kiai itu sendiri.

Biasanya, kata berkah tersebut digunakan untuk mengungkapkan sesuatu yang memunculkan atau mengharapkan unsur kebajikan atau dapat dipahami juga sebagai doa. Terkadang, penggunaan kata barākah atau berkah tidak lagi melihat apakah dilekatkan kepada hal-hal yang baik atau hal-hal yang buruk.

Adapun konsep berkah, ada beberapa pengelompokan kata berkah dalam berbagai deriviansinya seperti derivasinya, yaitu bāraka, bāraknā, burika, tabāraka, barakātin, barakātuhu, mubārakun, mubārakan, mubārakatun. Kesemuanya mengacu pada maksud barakāh atau berkah.

Lantas bagaimana cara mendapatkan keberkahan? Salah satu agar mendapatkan keberkahan dari Allah Swt yakni bertakwa kepada Allah Swt dan mengamalkan ajaran dalam kitab suci Al-Qur’an.

Allah Swt berfirman dalam surah Al-An’am ayat 155:

وَهَٰذَا كِتَٰبٌ أَنزَلْنَٰهُ مُبَارَكٌ فَٱتَّبِعُوهُ وَٱتَّقُوا۟ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ