Scroll untuk baca artikel
Kesehatan

Membaca Berita Bisa Membuatmu Jatuh Sakit

Redaksi
×

Membaca Berita Bisa Membuatmu Jatuh Sakit

Sebarkan artikel ini

Para peneliti menemukan, orang yang mengikuti berita terkini secara obsesif lebih mungkin menderita masalah kesehatan fisik dan mental, termasuk kecemasan dan stres.

BARISAN.CO – Berita adalah bagian dari komunikasi yang memberikan informasi tentang peristiwa, masalah, dan karakter yang berubah di dunia luar. Meski, mungkin menarik atau bahkan menghibur, nilai utama berita adalah sebagai utilitas untuk memberdayakan informasi.

Dengan membacanya setiap hari, kita lebih siap untuk membentuk opini tentang hal-hal yang sedang terjadi dan juga lebih siap jika peristiwa dunia berdampak langsung pada kehidupan kita.

Ada banyak manfaat dari membaca berita, seperti membantu mengembangkan pikiran yang terbuka dan kritis, mempelajari hal baru, memperlambat penuaan, membantu membedakan kebenaran dari kepalsuan, serta dapat meningkatkan kreativitas.

Namun, menurut studi dari Texas Tech University, mengikuti berita terbaru bisa sangat buruk bagi kesehatan. Para peneliti menemukan, orang yang mengikuti berita terkini secara obsesif lebih mungkin menderita masalah kesehatan fisik dan mental, termasuk kecemasan dan stres.

Bagi orang yang terus-menerus memeriksa berita utama terbaru lebih besar kemungkinannya sakit fisik daripada mereka yang lebih jarang melakukannya.

Peneliti menambahkan, obsesif terhadap berita terkini dapat menyebabkan lingkaran setan di mana orang selalu memeriksa lebih banyak pembaruan, daripada berhenti setelah membaca cepat.

Ini dapat mulai mengganggu kehidupan pribadi orang, membuat mereka merasa tidak berdaya dan tertekan tentang peristiwa global termasuk pandemi, perang di Ukraina, dan perubahan iklim.

“Menyaksikan peristiwa-peristiwa ini terungkap dalam berita dapat menyebabkan kewaspadaan tinggi pada beberapa orang, mendorong motif pengawasan mereka menjadi berlebihan dan membuat dunia tampak seperti tempat yang gelap dan berbahaya,” kata Bryan McLaughlin, associate professor periklanan di College Media dan Komunikasi di Texas Tech University.

Penulis studi menemukan, 16,5 persen peserta dalam eksperimen mereka menunjukkan tanda-tanda konsumsi berita yang “sangat bermasalah”. Itu berarti mereka sering menjadi begitu tenggelam dan terlibat secara pribadi dalam berita sehingga peristiwa terkini mendominasi pikiran mereka, merusak waktu bersama keluarga dan teman, membuatnya sulit untuk fokus pada sekolah atau pekerjaan, dan berkontribusi pada kegelisahan dan ketidakmampuan untuk tidur.

“Walaupun kami ingin orang-orang tetap terlibat dalam berita, penting bagi mereka untuk memiliki hubungan yang lebih sehat dengan berita. Dalam kebanyakan kasus, pengobatan untuk kecanduan dan perilaku kompulsif berpusat pada penghentian total dari perilaku bermasalah, karena mungkin sulit untuk melakukan perilaku dalam jumlah sedang,” lanjutnya.

Pecandu berita secara signifikan lebih mungkin untuk mengalami kesehatan fisik dan mental yang buruk daripada mereka yang kurang terobsesi dengan berita.

Istilahnya disebut dengan doomscrolling yaitu menelusuri tanpa henti dan mengonsumsi berita akurat dan penting, tetapi itu berdampak negatif.

“Sudah menjadi sifat manusia untuk ingin tahu apa yang terjadi di dunia. Namun, mudah untuk masuk ke hubungan negatif dengan siklus berita,” ungkap Floss Knight, psikoterapis dan CEO UK Therapy Guide.

Aliran berita yang mengecewakan dapat mengubah persepsi tentang dunia, menyebabkan kehilangan motivasi dan memandang dunia dengan rasa sinis serta putus asa.

Penelitian dalam Journal of Experimental Psychopathology mengungkapkan, berita yang sangat visual dan mengejutkan, terutama media yang ditangkap oleh pengamat bisa sangat intens sehingga dapat menyebabkan perubahan suasana hati atau perilaku agresif atau bahkan PTSD dan meningkatkan peluang untuk terkena serangan jantung di kemudian hari. Hal ini dapat terjadi bahkan ketika berita tersebut tidak secara langsung relevan dengan kehidupan pribadi.