Pecandu berita secara signifikan lebih mungkin untuk mengalami kesehatan fisik dan mental yang buruk daripada mereka yang kurang terobsesi dengan berita.
Istilahnya disebut dengan doomscrolling yaitu menelusuri tanpa henti dan mengonsumsi berita akurat dan penting, tetapi itu berdampak negatif.
“Sudah menjadi sifat manusia untuk ingin tahu apa yang terjadi di dunia. Namun, mudah untuk masuk ke hubungan negatif dengan siklus berita,” ungkap Floss Knight, psikoterapis dan CEO UK Therapy Guide.
Aliran berita yang mengecewakan dapat mengubah persepsi tentang dunia, menyebabkan kehilangan motivasi dan memandang dunia dengan rasa sinis serta putus asa.
Penelitian dalam Journal of Experimental Psychopathology mengungkapkan, berita yang sangat visual dan mengejutkan, terutama media yang ditangkap oleh pengamat bisa sangat intens sehingga dapat menyebabkan perubahan suasana hati atau perilaku agresif atau bahkan PTSD dan meningkatkan peluang untuk terkena serangan jantung di kemudian hari. Hal ini dapat terjadi bahkan ketika berita tersebut tidak secara langsung relevan dengan kehidupan pribadi.
Misalnya saja, kita mungkin menjadi korban tersembunyi akibat terpapar gambar dan akun media yang berulang menggambarkan perang atau tindakan terorisme. Kita bisa sangat merasa terganggu.
Meski, membaca berita dapat memberikan manfaat, namun obsesif tentang berita terkini juga buruk bagi kesehatan. Mulailah membatasi konsumsi berita dan matikan push notification.
Peristiwa terkini juga cenderung menjadi topik pembicaraan di sekitar meja makan. Jika kita merasa kewalahan dengan berita tersebut, mintalah kepada keluarga dan teman untuk tidak membicarakan cerita itu.





