Membeli nikmat, Allah Swt berfirman: “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezeki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (QS. An-Nahl: 114)
BARISAN.CO – Setiap hamba berkeinginan mendapatkan nikmat yang berlebih, baik nikmat harta benda maupun nikmat kesehatan. Oleh karena itu ketika berbicara kenikmatan, sesungguhnya perlu menjadi pertanyaan kepada diri seorang hamba. Sebab apapun yang ada pada diri seseorang adalah nikmat.
Nikmat mata mampu memandang, nikmat hidung mampu mencium, nikmat telinga mampu mendengar dan lain sebagainya. Maka dari itu, bicara kenikmatan yang umum saja yang diharapkan setiap orang .
Oleh sebab itu banyak manusia mengejar kenikmatan, sehingga kenikmatan menjadi singasana yang harus di cari dan di duduki. Kursi singasana itu manusia bisa menjadi pejabat birokrasi, politisi, pegawai negeri, dokter, polisi, wirausaha maupun menjadi buruh.
Bahkan untuk menduduki kursi tersebut manusia bisa bekerja lebih keras lagi dengan melakukan kerja tambahan seperti lembur kerja maupun mengisi waktunya dengan bekerja bidang lain. Anehnya lagi sudah mendapatkan gaji besar, tetap melakukan tindak korupsi.
Namun yang perlu dihindari dari ketidakpuasaan jika manusia berbuat tidak sesuai dengan aturan kehidupan yakni dengan cara korupsi ataupun mencuri yang bukan haknya. Oleh karena itu dalam mengejar kenikmatan duniawi hendaknya ada ketentuan dan aturan pada diri maupun yang diimani.
Dengan bekerja seseorang akan mendapatkan apa namanya “gaji atau pendapatan”. Sedangkan dari gaji tersebut manusia bisa menikmati kenikmatan. Gaji materi tersebut ia bisa membeli apapun yang ia suka, untuk memenuhi dasar hidupnya. Sandal dan sepatu untuk kaki, kaca mata untuk mata, bedak make up untuk wajah, pakaian untuk menutupi diri dll.
Bahwa itulah sebagian dari kenikmatan, selain kenikmatan yang ada dalam pikiranku ini. Tidak memandang kenikmatan alam semesta ini tanpa mata, tidak bisa bicara dan ngoborl tanpa adanya mulut. Begitu banyak nikmat yang sudah melekat pada diri seseorang. bisa mendengarkan lantunan musik tanpa adanya telinga dan lain sebagainya yang melekat pada diri kita; tangan, hidung, otak, kepada dll.
Jadi jika mendapatkan gaji besar di kantor, ternyata saya tidak bisa membeli apa yang melekat pada diri saya. Sebab gaji yang didapatkan dari bekerja tak lain hanyalah peran dari apa yang melekat pada diriku ini; mata, telinga, tangan, kaki, pikiran dan lain sebagainya.
Sebagai seorang hamba hendaknya tetap berdoa, sebab Allah Swt melalui Rasulnya telah mengajarkan umatnya untuk selalu bersyukur dalam segala keadaan, untuk senantiasa mensyukuri nikmat Allah. Sebab kita tidak mampu membeli nikmat Allah Swt yang telah diberikan pada diri kita.
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7).