Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Barisan.co
Tak ada hasil
Lihat semua hasil
Beranda Kolom Kisah Umi Ety

Membudayakan Membaca Pada Anak (Bagian Tiga)

:: Ety Nurhayati
10 Juni 2022
dalam Kisah Umi Ety
Membudayakan Membaca pada Anak (Bagian Satu)

Ilustrasi: Thomi Rifai/barisanco

Bagi ke FacebookCuit di TwitterBagikan ke Whatsapp

AGAR anak gemar membaca, tentu saja harus tersedia bahan bacaan yang sesuai. Kesesuaian itu antara lain terkait dengan bahasa yang mudah difahami, bersifat menghibur, dan bermuatan yang mendidik. Hal lain yang perlu dicermati orang tua, bacaan tidak mengandung unsur kekerasan.

Fisik bacaan bisa berupa majalah ataupun buku. Dari aspek isi atau konten bisa mencakup: cerita fiksi, cerita perjalanan, biografi, ataupun tulisan yang bersifat pengetahuan. Bahkan, pengalaman saya, beberapa buku pelajaran tingkat Sekolah Dasar mengandung bahan bacaan yang baik.

Menyediakan bacaan tidak berarti harus dengan cara membeli. Orang tua bisa memanfaatkan banyak fasilitas, seperti perpustakaan sekolah, perpustakaan masjid, perpustakaan daerah. Bahkan, di beberapa daerah telah tumbuh subur komunitas yang menyediakan bacaan bagi anak-anak.

Keluarga kami memang cukup banyak membeli buku dan bahan bacaan, karena abahnya suka berburu buku murah. Kebetulan kami tinggal di Yogyakarta yang pada tahun 1990-an merupakan kota penuh buku murah dan buku bekas. Pameran buku pun nyaris berlangsung tiap bulan.

BACAJUGA

Membudayakan Membaca pada Anak (Bagian Satu)

Membudayakan Membaca Pada Anak (Bagian Lima)

2 Juli 2022
Membudayakan Membaca pada Anak (Bagian Satu)

Membudayakan Membaca Pada Anak (Bagian Empat)

29 Juni 2022

Mencari buku bekas dan buku murah jelas menguntungkan secara pengeluaran keluarga. Apalagi, keempat anak kami kemudian sangat gemar membaca. Tak terbayangkan jika mereka hanya terbiasa dengan buku baru atau yang fisiknya sangat bagus.

Kegiatan berburu buku juga memaksa abah dan saya untuk membaca sebagian isinya terlebih dahulu. Proses seleksi bahan bacaan dapat dilakukan lebih awal, sebelum membelinya. Dua aspek yang selalu menjadi pertimbangan kami dalam memilih bacaan, yaitu sesuai dengan usia anak dan jenis yang cukup bervariasi.

Bacaan sesuai usia anak

Anak-anak kami yang berusia sebelum 3 tahun, biasanya diberi bacaan dengan kertas yang lebih tebal. Terutama agar tidak mudah sobek. Meski masih dibacakan, mereka akan suka memegang atau seolah membaca sendiri.

Kami mengutamakan bacaan yang disertai dengan berbagai gambar yang banyak dan berwarna. Biasanya, hanya ada sedikit tulisannya, dengan huruf yang cukup besar. Pengalaman saya dengan buku seperti itu, anak-anak banyak bertanya tentang gambarnya. Kita pun bisa memberi banyak informasi yang membuat anak berkesempatan luas mengembangkan imajinasinya. Tidak sebatas tulisan yang tertera.

Suatu ketika saya membacakan buku cerita tentang Siput dan Kura-kura yang berlomba lari. Bukunya memang diperuntukan anak kecil, dengan format memanjang ke samping. Setiap halaman berisi satu gambar besar dan satu kalimat atau dua kalimat pendek.

Pada halaman pertama terdapat gambar kura-kura dan siput kelihatan sedang berbicara. Bertuliskan, “Kura-kura yang sombong menantang siput lomba lari.” Gambar pada halaman kedua berupa Kura-kura dan siput sedang bergerak. Bertuliskan, “Kura-kura dan siput mulai berlomba.” Pada halaman ketiga tampak gambar kura-kura di depan siput. Bertulikan, “Kura-kura menoleh. Siput ada di belakangnya.” Dan halaman-halaman selanjutnya.

Sejak awal melihat gambar, anak-anak bertanya tentang gambar kura-kura dan siput itu. Mana kaki siputnya?  Jalannya siput bagaimana? Apa itu yang di kepala siput? Apa kura-kura larinya cepat? Dan lain sebagainya. Setelah dirasa cukup berbincang, barulah saya bacakan ceritanya.

Karena bacaannya sedikit, memang terasa kurang menjelaskan buat mereka. Setiap halaman selalu ada pertanyaan. “Kenapa siput mau lomba lari?” “Di mana lombanya?” “Kenapa kura-kura menoleh terus? Larinya tidak melihat ke depan?” Akan tetapi dampak positifnya, membuka ruang bagi anak untuk merangkai kalimat-kalimat sendiri agar menjadi cerita yang lebih lengkap.   

Bertambah usia anak, kertas buku tidak perlu selalu tebal. Jumlah gambar dalam bacaan makin berkurang, sedangkan tulisannya bertambah. Pada usia dini, semua anak-anak kami sudah terbiasa dibacakan cerita dengan halaman yang hanya berisi 1 gambar, dengan tulisan yang relatif berisi cukup banyak kalimat.

Pada jenis bacaan demikian, masih ada pertanyaan spontan dari mereka, namun tidak sebanyak jenis yang terdahulu di atas. Mereka mulai bisa berkonsentrasi mendengar ceritanya. Mereka bertanya jika ada yang dirasa aneh atau kurang bisa diterima pikirannya. Pengalaman saya, yang menimbulkan banyak pertanyaan adalah dongeng-dongeng daerah. Antara lain: “Riwayat Danau Toba”, “Asal Mula Nama Gunung Bromo”, “Batu Belah”, “Malin Kundang”, dan lain sebagainya.

Bertambahnya usia dan telah mampu membaca sendiri, maka tidak penting lagi soal gambar yang sedikit dan tulisan yang banyak. Orang tua hanya perlu memperhatikan apakah mereka tampak menikmati ceritanya. Beberapa buku cerita yang tebal atau berhalaman banyak pun akan dibaca dengan antusias. Contoh di keluarga kami terutama berupa buku-buku petualangan, seperti: Serial Lima Sekawan, Serial Harry Potter, Laskar Pelangi, dan yang semacamnya.    

Memilih bacaan yang relatif sesuai dengan usia anak kami berlakukan hingga usia remaja. Tentu ada sedikit kelonggaran untuk beberapa buku, setelah saya dan abah membaca dan menyepakatinya. Perlu ditekankan bahwa orang tua sebaiknya telah membaca buku yang sebenarnya untuk usia lebih tua, dan yakin hal ini tidak berdampak buruk.

Ketika Aya masih duduk di bangku SMP telah tertarik sekali dengan buku tetraloginya Pramudya Ananta Toer. Dia sempat membaca buku yang keempat “Rumah Kaca”, meski belum dituntaskan. Aya sangat ingin membaca semuanya dari seri yang pertama. Saya beritahu buku pertamanya “Bumi Manusia” sedang dibawa Ira ke Bandung. Ummi sudah pernah membacanya waktu SMA, jadi tahu isinya. Tapi untuk buku ini, baru boleh Aya baca setelah umur 17 tahun.

Alhamdulillah dia menurut dengan permintaan, hadiah ulang tahun yang ke 17 nanti dibelikan semua buku itu. Kebetulan, yang kamu belum punya hanya “Anak semua Bangsa” dan “Jejak Langkah”. Dengan senang hati, saya sanggupi permintaannya. Biasanya setiap anak-anak ulang tahun memang diberi hadiah buku. [rif]

Topik: Anak MembacaBacaan AnakEty NurhayatiPramudya Ananta Toer
Ety Nurhayati

Ety Nurhayati

POS LAINNYA

Membudayakan Membaca pada Anak (Bagian Satu)
Kisah Umi Ety

Membudayakan Membaca Pada Anak (Bagian Lima)

2 Juli 2022
Membudayakan Membaca pada Anak (Bagian Satu)
Kisah Umi Ety

Membudayakan Membaca Pada Anak (Bagian Empat)

29 Juni 2022
Membudayakan Membaca pada Anak (Bagian Satu)
Kisah Umi Ety

Membudayakan Membaca Pada Anak (Bagian Dua)

6 Juni 2022
Membudayakan Membaca pada Anak (Bagian Satu)
Kisah Umi Ety

Membudayakan Membaca pada Anak (Bagian Satu)

2 Juni 2022
Berkomunikasi Secara Baik dengan Anak (Bagian Satu)
Kisah Umi Ety

Orang Tua Sebagai Pendamping Anak (Bagian Tiga)

29 April 2022
Berkomunikasi Secara Baik dengan Anak (Bagian Satu)
Kisah Umi Ety

Orang Tua Sebagai Pendamping Anak (Bagian Dua)

27 April 2022
Lainnya
Selanjutnya
Apa Itu Digital Talent Readiness

Apa Itu Digital Talent Readiness? PT Telkom, Ini Penjelasannya

Tingkat Kepemilikan Senjata Api Tinggi, Namun Tak Ada Lagi Penembakan Massal di Swiss

Tingkat Kepemilikan Senjata Api Tinggi, Namun Tak Ada Lagi Penembakan Massal di Swiss

TRANSLATE

TERBARU

koalisi gerindra pkb

Koalisi Gerindra-PKB, Prabowo: Gus Imin Orator Luar Bisa

13 Agustus 2022
Penulis The Satanic Verses, Salman Rushdie Dibunuh

Penulis The Satanic Verses, Salman Rushdie Dibunuh

13 Agustus 2022
Indonesia Merupakan Ekosistem yang Kondusif bagi Pertumbuhan E-commerce

Indonesia Merupakan Ekosistem yang Kondusif bagi Pertumbuhan E-commerce

13 Agustus 2022
Ekonomi Berbasis Kerakyatan

Menko PMK: Pentingnya Memiliki Sistem Ekonomi Berbasis Kerakyatan

13 Agustus 2022
Prabowo Subianto Resmi Maju Calon Presiden 2024

Rapimnas Partai Gerindra: Prabowo Subianto Resmi Maju Calon Presiden 2024

13 Agustus 2022
pelajar Indonesia di luar negeri

Jenderal Andika Berharap Pelajar Indonesia di Luar Negeri Berperan Penting dalam Pembangunan

13 Agustus 2022
Anugerahkan Tanda Kehormatan

Jokowi Anugerahkan Tanda Kehormatan Bagi 127, Sastrawan Ajib Rosidi Salah Satunya

12 Agustus 2022

SOROTAN

Filosofi Pohon
Opini

Filosofi Pohon

:: Redaksi
11 Agustus 2022

Penulis: Andi Rukman Nurdin Karumpa * BELAJAR dari filosofi pohon, selayaknya sebagai seorang insan berakal untuk pandai mempelajari dan mencari...

Selengkapnya
Kaum Khawarij Modern

Potret Keberagamaan yang Ekslusif Kaum Khawarij Modern

9 Agustus 2022
Sejarah Penetapan Tahun Hijriah dan Arti Bulan-Bulan dalam Kalender Islam

Sejarah Penetapan Tahun Hijriah dan Arti Bulan-Bulan dalam Kalender Islam

1 Agustus 2022
satu abad chairil anwar

Satu Abad Chairil Anwar, Puisi dan Doa

26 Juli 2022
Film Invisible Hopes

Film Invisible Hopes Mengungkap Sisi Gelap Anak-Anak yang Lahir di Jeruji Penjara

23 Juli 2022
Beredar Surat Pengangkatan Tenaga Honorer Jadi PNS, Begini Penjelasan Kemen PANRB

Pegawai Negeri Dibutuhkan, Tetapi Cenderung Tidak Diapresiasi

21 Juli 2022
  • Tentang Kami
  • Kontak
  • Redaksi
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
  • Indeks Artikel

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang

Tak ada hasil
Lihat semua hasil
  • Terkini
  • Senggang
  • Fokus
  • Opini
  • Kolom
    • Esai
    • Analisis Awalil Rizky
    • Pojok Bahasa & Filsafat
    • Perspektif Adib Achmadi
    • Risalah
    • Kisah Umi Ety
    • Mata Budaya
  • Sastra
  • Khazanah
  • Katanya VS Faktanya
  • Video

BARISAN.CO © 2020 hak cipta dilindungi undang-undang