BARISAN.CO – Lengkap benar potensi wisata Kabupaten Solok Selatan. Betapa tidak. Daerahnya didominasi bentang alam yang indah, segar menghijau dengan latar Gunung Kerinci.
Hamparan kebun teh, areal persawahan yang luas, puluhan aliran sungai yang berkelok menuruni bukit, dan hutan adat yang menyambung sampai Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS).
Menyejukkan mata dan menjamin kesegaran udara. Indah bak lukisan.
Bukan hanya itu. Seperti halnya wilayah lain di Sumatera Barat, Kabupaten Solok Selatan mewarisi kekayaan budaya Minangkabau.
Kabupaten Solok Selatan terlihat sangat sadar akan potensi warisan budaya itu.
Kehadiran Kawasan Saribu Rumah Gadang menjadi penyempurna destinasi wisata Kabupaten Solok Selatan yang didominasi keindahan panorama alam.
Sungguh perpaduan keindahan alam dan kekayaan budaya yang harmonis.
Kawasan Saribu Rumah Gadang berlokasi di Nagari Muarolabuh, Kecamatan Sungai Pagu. Jika ditempuh dari Kota Padang, dapat dijumpai selepas perjalanan melewati Danau Kembar dan sebelum sampai Kota Padang Aro, pusat pemerintahan Kabupaten Solok Selatan.
Memasuki kawasan Saribu Rumah Gadang, deretan rumah dengan bentuk atapnya yang khas menyambut kedatangan. Rumah-rumah itu sudah berusia ratusan tahun.
Tentu saja beberapa di antaranya sudah mengalami pemugaran, tetapi ciri dan bentuk khasnya tetap dipertahankan.
Bahkan, revitalisasi rumah gadang itu telah menjadi program nasional sejak diresmikan Presiden Jokowi awal tahun lalu.
Susurilah kawasan Saribu Rumah Gadang untuk menikmati keunikan dan keindahan arsitektur ratusan rumah gadang itu. Ratusan? Ya, jumlah rumah gadang di kawasan ini memang ‘hanya’ sekitar 130 buah.
Penyebutan saribu atau seribu, tampaknya untuk mewakili jumlahnya yang banyak, terkumpul dalam satu kawasan.
Tetapi barangkali jika dihitung secara keseluruhan, di Kabupaten Solok Selatan bisa jadi memang ada ribuan rumah gadang. Di sepanjang jalan yang dilalui memang mudah ditemukan bangunan rumah gadang. Salah satunya, masih di Kecamatan Sungai Pagu, di pinggir jalan utama dapat dijumpai sebuah rumah gadang berukuran cukup besar, Istano Rajo Balun.
Bukan hanya ukurannya yang bervariasi. Jika diamati lebih detail, meskipun memiliki persamaan atap yang memanjang meruncing seperti tanduk kerbau, ada perbedaan bentuk di antara rumah gadang-rumah gadang itu.
Perbedaan tersebut karena rumah gadang itu konon dulunya dibangun dan ditinggali oleh suku yang berbeda.
Salah satunya adalah Rumah Gadang Gajah Maram, yang dibangun pada tahun 1794, yang sepertinya menjadi ikon Kawasan Saribu Rumah Gadang.
Sesuai penjelasan di papan informasi, Rumah gadang ini adalah Rumah Gadang Kaum Suku Melayu Buah Anau yang dipimpin oleh Rapun Datuak Lelo Panjang yang membawahi suku kaum melayu.
Mintalah izin untuk masuk ke dalam Rumah Gadang Gajah Maram. Anda akan disambut dengan senang hati oleh pengelola yang saat ini dipegang keturunan ke-5 Datuak Lelo Panjang.
Bentuk ruangan masih dipertahankan, bahkan tiang-tiang penyangga juga masih asli sejak dibangun. Kekuatan dan ketahanan kayu yang biasa disebut sebagai kayu besi itu memang luar biasa. Menurut salah satu pengelola, bahkan paku pun tak bisa menembus kekuatan kayu penyangga tersebut.
Sejumlah benda pusaka warisan leluhur juga masih tersimpan dengan baik, melengkapi cerita sejarah pendirian rumah gadang ini. Rumah Gadang Gajah Maram, saat ini tidak ditinggali dan hanya digunakan untuk upacara adat saja.
Jika ingin lebih puas, menginap di Kawasan Saribu Rumah Gadang bisa jadi pilihan tepat.
Beberapa rumah gadang itu memang telah difungsikan sebagai homestay dengan tarif terjangkau. Tentu saja tidak melupakan pelayanan untuk kenyamanan. Lebih dari sekadar menginap, tinggal di homestay dapat ikut terlibat mengolah masakan tradisonal minang bersama tuan rumah.