Kuliner & Wisata

Menyaksikan Nagari Bidar Alam Solok Selatan yang Pernah Menjadi Pusat Pemerintahan RI

Arbain Nur Bawono
×

Menyaksikan Nagari Bidar Alam Solok Selatan yang Pernah Menjadi Pusat Pemerintahan RI

Sebarkan artikel ini
Ilustrasi: Dok. foto Arbain Nur Bawono

BARISAN.COTidak banyak yang menyadari, begitu besar jasa Nagari Bidar Alam terhadap perjuangan kemerdekaan Indonesia. Nagari yang terletak di Kecamatan Sangir Jujuan, Kabupaten Solok Selatan itu pernah menjadi pusat pemerintahan Republik Indonesia.

Letaknya sekitar 25 km dari Padang Aro yang saat ini menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Solok Selatan, menyusuri jalan yang berliku ke arah Kabupaten Dharmasraya.

Istilah nagari merupakan kelembagaan pemerintahan berdasar kearifan lokal masyarakat Minang, setara dengan kelurahan dan desa.

Simak peran pentingnya berikut ini: Melalui agresi II, Belanda berhasil menawan Soekarno, Hatta, dan tokoh lainnya serta mengumumkan bubarnya Republik Indonesia.

Dalam situasi darurat tersebut, berdasar konsep yang telah disiapkan Pemerintah dan kesepakatan tokoh-tokoh yang berkumpul di Sumatera, dibentuklah Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI).

Di bawah kepemimpinan Mr. Sjafruddin Prawiranegara, PDRI menjalankan pemerintahan secara bergerilya untuk menyelematkan dan menjaga kedaulatan RI yang baru saja mendeklarasikan kemerdekaan.

Meskipun harus berpindah-pindah bahkan masuk rimba, Mr. Sjafruddin menegaskan: “Kami meskipun dalam rimba, masih tetap di wilayah RI, karena itu kami pemerintah yang sah.”

Sebuah jawaban telak untuk menolak klaim Belanda yang menyatakan RI telah bubar.

Lebih dari 3 bulan, waktu terlama dari periode PDRI (Desember 1948 – Juli 1949) Mr. Sjafruddin tinggal dan memimpin sidang-sidang kabinet PDRI di Nagari Bidar Alam.

Pemilihan Nagari Bidar Alam sebagai basis perlawanan kepada Belanda bukan tanpa alasan. Masyarakat Bidar Alam seluruhnya adalah anggota Masyumi, yang sangat militan melawan penjajahan Belanda dan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.

Di Nagari Bidar Alam, dengan dukungan seluruh masyarakat, Mr. Sjafruddin yang menjadi musuh nomor satu penjajah Belanda, mendapat jaminan keamanan sepenuhnya.

Dokumentasi foto Arbain Nur Bawono.

Tugu peringatan dan rumah Jama menjadi saksi Nagari Bidar Alam pernah menjadi pusat pemerintahan untuk menjaga eksistensi kemerdekaan RI.

Sayang, kondisi tugu peringatan maupun rumah Jama terlihat kurang terawat, sebagaimana kurangnya perhatian terhadap peran PDRI dan Nagari Bidar Alam dalam menjaga kedaulatan NKRI.

Sudah seharusnya untuk menaruh perhatian pada Nagari Bidar Alam. Saatnya menjalankan nasIhat Bung Karno: jas merah atau jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. Bukankah bangsa yang besar adalah yang bisa menghargai jasa para pahlawan? []

Ikuti seri ‘Ingatan Perjalanan‘ Barisanco yang lain, atau tulisan ‘Arbain Nur Bawono‘ selengkapnya di blog.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *