Soal lamanya waktu seseorang yang menghadapi quarter life crisis, terapis berlisensi, Tiana Leeds menyampaikan, bisa berlangsung selama bertahun-tahun.
BARISAN.CO – Mungkin, kita mengenal beberapa teman dekat pada rentang usia 25 hingga 30 tahun mengalami perubahan drastis baik dari sikap, penampilan, dan gaya bicara.
Bahkan cenderung tampak seperti bukan dirinya sebenarnya. Atau kita sendiri merasa terasing dan merasa diri kita tampak berbeda.
Kemungkinan itu terjadi karena sedang mengalami quarter life crisis. Arti quarter life crisis adalah masa pencarian jati diri pada rentang usia tersebut untuk lebih mengenal dirinya sendiri.
Memasuki kepada dua, kita sering kali dihadapkan oleh masalah seperti ketidakpastian karier, utang pinjaman, dan kesulitan lainnya. Ketidakpastian itu pada akhirnya membuat banyak orang merasa tertekan, tidak aman, dan kehilangan arah.
AIESEC menemukan, sebanyak 86 persen milenial mengalami krisis ini. Ini berarti krisis seperempat baya ini bisa disebut normal. Sebab, banyak orang yang mengalaminya.
Di usia muda seharusnya bisa menjadi masa paling menyenangkan. Namun, dengan adanya persaingan sengit yang berkembang serta banyak orang mendokumentasikan setiap detail kehidupannya di media sosial, itu bisa menjadi mode perbandingan yang kejam.
Beberapa faktor risiko yang bisa mungkin terjadi pada krisis seperempat kehidupan diantaranya adalah merasa tidak bersemangat atau apatis terhadap pekerjaan, membuat keputusan penting dalam kehidupan, merasa terputus dari hubungan interpersonal, dan berjuang dengan kesehatan mental seperti depresi dan kecemasan.
Pandemi Memperburuk Situasi
Situasi pandemi juga telah mengubah banyak rutinitas orang secara dramatis. Banyak orang di usia dua puluhan berjuang mengatasi kelelahan, isolasi sosial, ketidakamanan finansial, serta kecemasan umum selama masa-masa ini. Maka, bohong jika kita tidak menganggap hal itu bisa memperburuk gejala krisis seperempat kehidupan.
Terlebih di saat yang bersamaan, banyak di antara kita yang lebih banyak menghabiskan waktu untuk berselancar di media sosial. Seperti diketahui bersama, walau ada berbagai manfaat, media sosial memiliki sisi gelap, yakni kemampuan untuk memicu rasa iri, sedih, atau insecure yang intens.
Mengutip Mind Body Green, psikolog berlisensi, Rachel Needle, PsyD mengatakan, perasaan stres dan ketidakpastian yang sering dipicu pada rentang waktu itu membuat mereka mungkin merasa tersesat dan terjebak serta merasa kehilangan gairahnya.
“Meski pun ini dikatakan sebagai saat-saat terbaik dalam hidup kita, ada banyak tekanan pada orang-orang di usia itu juga yang berjuang khusus untuk hidup,” kata Rachel.
Cara Mengatasi Quarter Life Crisis
Soal lamanya waktu yang dialami seseorang saat menghadapi quarter life crisis, terapis berlisensi, Tiana Leeds menyampaikan, bisa berlangsung selama bertahun-tahun.