Artikel Child Mind Institute menyebutkan, mengapa anak berbohong; pertama, untuk “menguji” perilaku baru. Kedua, anak-anak berbohong karena minimnya rasa percaya diri
BARISAN.CO – Kita tahu anak-anak mungkin berbohong untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, menghindari masalah, atau keluar dari masalah. Tetapi ada banyak alasan lain mengapa anak-anak mungkin tidak mengatakan yang sebenarnya.
Beberapa anak yang kurang percaya diri cenderung menutupi kekurangannya dengan berbohong. Perilaku tersebut akan terus berakumulasi seiring situasi yang dihadapi tanpa bantuan dari orang lain atau orangtua untuk menyelesaikan permasalahannya.
Di era digital kebohongan menemukan ruangnya yang lebih mudah untuk mengendalikan persepsi publik. Oleh karenanya setiap orangtua perlu membekali beragam keterampilan yang dibutuhkan seperti kemampuan berpikir kritis.
Dasar utama yang membantu anak lebih mudah membangun perilakuknya yang baik dalam menghilangkan kebiasaan atau perilaku bohong akan diuraikan sebagai berikut:
Penyebab perilaku bohong
Dr. Mathew Rouse, Ph.D. dalam catatannya di sebuah artikel Child Mind Institute menyebutkan mengapa anak berbohong; pertama, untuk “menguji” perilaku baru. Karena mereka telah menemukan ide baru dan mencobanya, seperti yang mereka lakukan dengan sebagian besar jenis perilaku, untuk melihat apa yang terjadi.
Kedua, anak-anak berbohong karena minimnya rasa percaya diri. Mereka mungkin mengatakan kebohongan untuk membuat diri mereka tampak lebih mengesankan, istimewa atau berbakat untuk meningkatkan harga diri mereka dan membuat diri mereka terlihat baik di mata orang lain.
Ketiga, kebohongan muncul karena anak merasa cemas, dan ia membutuhkan fokus dari diri sendiri yang tidak ia dapati dari orang lain. Ia berusaha mengalihkan perasaannya dengan menganggap dirinya tidak ada masalah.
Hal-hal lain yang menyebabkan anak berbohong adalah karena kebiasaan orangtua memperlakukan kesalahan anak dengan cara yang tidak patut; memarahi, menyakiti, atau mengancam.
Kelak dia menjadi merasa tidak aman untuk mengatakan apa yang terjadi dan apa yang ia lakukan karena rasa tidak aman tersebut.
Apa yang bisa dilakukan orang tua?
Orangtua harus memahami terlebih dahulu, mengapa anak melakukan kebohongan, bagaimana ia berbohong, tingkat kebohongannya termasuk kategori apa?
Pada kebanyakan anak yang kurang percaya diri, dan butuh perhatian dari orangtua, mereka berbohong pada level yang bisa dikategorikan rendah. Seperti anak yang mengatakan bahwa ia berhasil menjadi pemain terbaik di timnya, ia mampu berlari melebihi kawannya, dan sesungguhnya kita sebagai orangtua mengetahui bahwa itu tidak benar.
Maka dalam hal ini, orangtua tidak boleh memarahi atau menghakimi langsung perilaku anak. Abaikan cerita bohongnya, dukung dan bantu dia untuk mewujudkan “mimpinya” tersebut.
Kebohongan tingkat selanjutnya adalah anak yang mengatakan sesuatu yang tidak benar, untuk mendapatkan keuntungan dirinya, atau melakukan sesuatu terhadap orang lain. Ini kebohongan yang mulai serius, dan perlu pendekatan lebih dalam.
Teguran keras dapat dilakukan dan meminta anak untuk menyelesaikan masalahnaya jika berhubungan dengan orang lain. Gunakan metode persuasif lewat cerita kisah orang-orang yang jujur, dan dampak panjang tentang kebohongan. Anak yang sering berbohong untuk kesenangan diri sendiri menunjukkan bahwa selama ini dia membutuhkan perhatian lebih.
Orangtua perlu memahami tentang apa yang selama ini belum tercukupi dari kebutuhan anak, karena saat ia meminta secara langsung, orangtua pernah dan atau sering mengabaikan.
Jika kebohongan yang lebih serius, seperti anak yang lebih besar berbohong tentang di mana mereka berada atau apakah mereka telah mengerjakan pekerjaan rumah mereka, orang tua dapat memikirkan konsekuensinya. Anak-anak harus jelas bahwa akan ada akibat/konsekuensi dari kebohongan semacam ini, jadi itu tidak akan muncul begitu saja.
Konsekuensi untuk tingkat kebohongan semacam itu hendaknya untuk jangka pendek, tidak berlebihan dan membuat anak frustasi atau rendah diri karena diancam atau dipermalukan.
Orangtua perlu memberi kesempatan kepada anak untuk mempraktikkan perilaku yang jujur, karena jika mereka jujur, tidak akan mendapat konsekwensi yang berat, tentu harus dijelaskan, bahwa kebohongan bisa membahayakan diri sendiri dan juga orang lain.
Beberapa tips berikut juga bisa Anda lakukan dengan menekankan pentingnya kejujuran dalam keluarga, Anda dapat membantu anak-anak memahami apa yang dapat terjadi jika mereka berbohong:
- Lakukan percakapan tentang berbohong dan mengatakan yang sebenarnya dengan anak-anak Anda. Misalnya, ‘Bagaimana perasaan ibu jika ayah membohonginya?’ atau ‘Apa yang terjadi jika kamu membohongi gurumu?’
- Bantu anak Anda menghindari situasi di mana mereka merasa perlu berbohong. Misalnya, jika Anda bertanya kepada anak Anda apakah mereka menumpahkan susu, anak Anda mungkin merasa tergoda untuk berbohong. Untuk menghindari situasi ini, Anda bisa mengatakan, ‘Mamah melihat ada sesuatu terjadi dengan susu. Mari kita bersihkan’.
- Pujilah anak Anda karena mengakui melakukan sesuatu yang salah. Misalnya, ‘Saya sangat senang Anda memberi tahu saya apa yang terjadi. Mari kita bekerja sama untuk menyelesaikan masalah’.
- Jadilah panutan untuk mengatakan yang sebenarnya. Misalnya, ‘Saya membuat kesalahan dalam laporan yang saya tulis untuk pekerjaan hari ini. Saya memberi tahu bos saya agar kami bisa memperbaikinya’.
- Gunakan lelucon untuk mendorong anak Anda mengakui kebohongan tanpa konflik. Misalnya, anak prasekolah Anda mungkin berkata, ‘Teddy bear saya memecahkannya’. Anda bisa mengatakan sesuatu seperti, ‘Saya ingin tahu mengapa teddy melakukan itu?’ Teruskan lelucon itu sampai anak Anda mengakuinya. [Luk]