Scroll untuk baca artikel
Kolom

Mengelola Kesenjangan Generasi: Cara Kolaborasi Unik Generasi Kolonial dan Millennial di Era Digital

Redaksi
×

Mengelola Kesenjangan Generasi: Cara Kolaborasi Unik Generasi Kolonial dan Millennial di Era Digital

Sebarkan artikel ini

Data-data yang past performance, tidak lagi diyakini akan akurat untuk memproyeksikan bisnis kedepan mengingat kondisi sangat berubah dengan cepat.

Setiap perusahaan atau institusi harus sudah memikirkan membangun kader-kader penerus jangka panjang dimana 10 sampai dengan 15 tahun ke depan, generasi kolonial (babyboomers dan generasi X) mulai menjalani masa pensiun dan roda organisasi akan dikendalikan oleh generasi millennial. 

Dalam menghadapi permasalahan diatas, kunci sukses seorang pimpinan adalah harus tangkas (agile) dalam menghadapi ketidakpastian serta permasalahan adalah dengan menjalankan  3 C yaitu Communication, Commitment dan Collaboration.

3Cs

Prinsip-prinsip 3 C’s (Communication, Commitment dan Collaboration) ini, harus dimiliki oleh setiap leader yang didalamnya antara lain kemampuan dalam mengidentifikasi kompetensi, dan kapasitas “Agile” dirinya.

Dan dari rinsip 3 C’s terdapat 9 prinsip yang harus dilaksanakn agar iklim organisasi menjadi sehat dan berjalan baik di segala situasi.

Pertama CommunicationKemampuan komunikasi merupakan dasar dalam membangun tim yang kuat serta merupakan sarana dalam menyampaikan informasi kepada tim nya.

Arahan yang jelas dan dipahami oleh semua pihak akan memuluskan tujuan organisasi yang ingin di capai. Namun seorang leader  tidak hanya memberikan arahan saja, namun ikut serta dalam action.

Developing – Actions speak louder than words. Agile Leadership tidak hanya mendorong dan menginisiasi perubahan, melainkan juga menjadi bagian (role model) dari perubahan itu sendiri (“Be the change you want to see”). Jadi memberikan contoh dalam pekerjaan harus lebih besar daripada hanya memerintah.

Para pimpinan yang agile,  itu rendah hati serta berempati dengan menujukkan kasih sayang (compassion), kebaikan (kindness), kepedulian kepada rekan kerjanya. Pimpinan yang Inspiring memprioritaskan untuk menyelesaikan pekerjaan sendiri sebelum mengerjakan yang lain.

Reflecting – Improved quality of thinking leads to improved outcomes. Pemimpin yang “agile”, menghargai pemikiran berkualitas tinggi yang menghasilkan action yang berarti, memandang permasalahan dari berbagai sudut pandang yang berbeda serta  meminta  pendapat tim nya dalam rangka mengambil keputusan dengan mengedepankan skala prioritas.

Learning – Organisations improve through effective feedback. Pemimpin yang “agile” berani meminta feedback dari rekan kerja dan belajar dari apa yang telah diputuskan dan terbuka untuk menerima masukan serta menghargai atas masukan yang jujur juga adaptive. Artinya, para pemimpin tidak alergi akan kritikan dan atau masukkan masukan yang dapat membangun, walaupun tidak sepenuhnya masukan masukan harus dijalankan.