BARISAN.CO – Seiring perkembangan zaman terutama digitalisasi dan teknologi seni mulai menggerus arus berkesenian. Terutama perbedaan generasi menghadapi perubahan tersebutyakni generasi mesin ketik dan generasi milenial.
Dulu dalam berkarya jika ingin memamerkan karya maupun seni panggung membutuhkan ruang yang tampak kasatmata. Saat ini hal itu terurai dengan mudah seiring perkembangan berbagai platform media sosial baik yang berbasis foto maupun video.
Sebut saja dibidang seni rupa, seorang pelukis jika ingin mengenalkan karyanya membutuhkan ruang pameran seni rupa. Biasanya ruang pameran tersebut dengan berbagai fasilitas, terlebih lagi membutuhkan ruang yang besar untuk memajang karya lukisannya.
Akan tetapi dengan bantuan teknologi, pameran lukisan bisa dilakukan di rumah dengan memfoto atau memvideo lukisan tersebut. Lalu hasil foto dan video dipamerkan melalui media sosial, baik itu di Instagram, Facebook, Twitter, TikTok maupun Youtube.
Itu berhubungan langsung dengan ruang, berkaitan dengan marketing pelukis juga mengambil peran tersebut. Selain jejaring pertemanan, ia harus menargetkan kata kunci alat pencarian dalam bahasa mbah Google yakni SEO (Search Engine Optimization).
Soal jangkuan teutama impresi dan interaksi, terjadinya distrubsi media ini sangat menguntungkan bagi creator-kreator seni. Karena wilayah yang dijangkau lebih luas, karya tersebut mampu menjangkau ruang di luar ruang pameran yakni pasar global atau internasional.
Akan tetapi kesadaran sebagai creator tersebut, juga mendapati dampak buruk yakni munculnya aplikasi atau softwere berbasis kecerdasan buatan (AI) yang memudahkan seseorang melahirkan karya.
Misalnya ia adalah seorang perupa, dengan hanya menuliskan teks. Teks tersebut mampu menghasilkan karya senig visual yang jauh lebih tajam dan menarik.
Apakah ini akan memuncukan paham seni lukis yang mengikuti tren zaman. Persoalan ini tidak hanya menghantui para pelukis, hampir semua bidang kesenian digrayangi keserdasan buatan baik itu seni sastra maupun komikus.
Dilemma difersitas seni dikalangan generasi mesin ketik dan generasi kaum milenial akan dibicarakan pada aara Suluk Senen Pahingan pada Minggu (15/1/2023) di Pendopo Pondok Pesantren Al-Itqon Bugen.
Ngaji Bareng Mbah Ubed ini akan menampilkan pemusik Yanuar Kurniawan, dalang muda Sindhunata Gesit dan perupa Sueb Andy. Gelaran rutin Santri Bajingan ini akan dimoderatori sosok penari yakni Mentari Isnaeni .
Ngaji Islam dan Kesenian akan menampilkan kolaborasi sastra, tari dan musik yakni penyair Beno Siang Pamungkas , Mentari dan Yanuar. Tidak ketinggalan juga pemusik asal Kabupaten Demak Imran Amirullah.
Gelaran acara selapanan ini terbuka untuk umum dan tidak berbayar, dilaksanakan bada isya. Yuk..bicara seni dimata kaum milenial.