Tidak diketahui secara pasti jumlah orang yang mengalami haphephobia.
BARISAN.CO – Wajar rasanya kalau kita suka disentuh orang lain karena itu bisa menimbulkan persepsi negatif apalagi kalau sentuhan itu bertujuan untuk hal senonoh. Namun bagaimana jika sentuhan itu tidak disengaja dan bukan di area intim?
Misalnya, orang lain berjalan terburu-buru dan tak sengaja menabrak kita. Apakah kita akan merasa takut?
Bagi beberapa orang, itu bisa saja terjadi. Orang tersebut mungkin memiliki haphephobia.
Menurut National Institute of Mental Health, lebih dari 10 juta orang dewasa memiliki semacam fobia. Namun, tidak diketahui secara pasti jumlah orang yang mengalami haphephobia.
Sementara, asal katanya berasal dari Yunani Kuno, yakni “haphḗ”, yang berarti “sentuhan”, dan “fobia”, yang berarti “ketakutan”.
Haphephobia lebih dari sekadar rasa ngeri, ketakutan ini dapat melumpuhkan seseorang yang merasa tidak nyaman dengan sentuhan dari seseorang yang memiliki fobia sejati.
Dilansir dari Healthline, sering kali ada reaksi fisik terhadap sentuhan yang meliputi:
- Serangan panik,
- Gatal-gatal,
- Pingsan,
- Mual,
- Palpitasi jantung, dan
- Hiperventilasi.
Dalam kasus orang dengan haphephobia, mereka mungkin menghindari situasi yang dapat menyebabkan disentuh. Ini bisa menyebabkan, orang tersebut kesulitan jika harus menggunakan transportasi publik.
Tidak ada satu pun penyebab haphephobia yang diketahui. Beberapa peneliti percaya orang dilahirkan dengan itu atau bahwa perubahan fungsi otak mungkin berperan. Yang lain percaya itu disebabkan oleh pengalaman masa lalu yang traumatis. Ini mungkin lebih mungkin berkembang pada mereka yang pernah mengalami kekerasan seksual atau trauma lainnya.
Cara Mengatasi Haphephobia
Tidak ada yang “menyembuhkan” haphephobia, ada pilihan pengobatan yang dapat membantu untuk mengelola kondisi ini.
Terapi pemaparan
Dalam bentuk perawatan ini, seseorang perlahan-lahan dihadapkan pada situasi yang ditakuti. Dengan terapis terlatih, dapat menciptakan lingkungan yang aman di mana orang itu perlahan-lahan dapat membiarkan dirinya menjadi lebih nyaman dengan ketakutan tersebut. Pengalaman positif berulang melalui paparan perlahan dapat mengubah emosi negatif terhadap sentuhan.
Obat-obatan
Bruce Cameron, seorang konselor berlisensi di Dallas, Texas yang merawat orang yang mengalami haphephobia mengatakan, orang dengan haphephobia sering juga mengalami kecemasan atau depresi. Mengobati kondisi itu bisa mengonsumsi antidepresan atau benzodiazepin untuk mengatasi kecemasan dapat membantu dalam beberapa kasus.
Terapi perilaku
Terapi perilaku kognitif, termasuk terapi perilaku dialektis atau hipnosis, terkadang dapat membantu orang mengendalikan rasa takut dan fobia.
Lalu, apakah mereka tidak bisa berkeluarga? Jawabannya, tidak. Berdasarkan penelusuran Barisanco, orang dengan fobia ini dapat berkeluarga. Kisah Mike dibagikan di Ghosh Circle, di mana dia memiliki istri, Jessica yang belajar tentang haphephobia, menerimanya dan mendukungnya. Keduanya bahkan telah menikah selama lebih dari 25 tahun.
Sebelumnya, saat ada yang mengetahui Mike memiliki fobia ini, banyak yang secara sengaja menyentuhnya dengan dalih bercanda. Namun, hal itu membuat Mike benar-benar menjadi trauma dan butuh waktu lama untuk pulih.
Saat orang memiliki fobia, belajar dari kisah Mike tersebut, kita seharusnya lebih peka dan empati terhadap apa yang dialami orang lain.