BARISAN.CO – Dua buah bola plastik keras terhubung tali yang mengeluarkan bunyi ketukan keras ketika keduanya diadu secara bersamaan belakangan ini tengah digandrungi masyarakat. Baik itu anak-anak hingga orang dewasa.
Hampir setiap sudut daerah dan kota di Indonesia selalu terdengar suara bising mainan lato-lato ini. Baik itu di pedesaan hingga kawasan pemukiman perkotaan seperti di kawasan apartemen Rasuna Kuningan Jakarta.
Di pinggir-pinggir jalan, alat permainan ini ramai dijajakan dan selalu saja tak sepi pengunjung. Bahkan di beberapa daerah sampai mengadakan perlombaan berhadiah bagi siapa saja yang mampu menggerakkan latto-latto dalam waktu lama.
Mainan ini punya banyak nama atau julukan. Ada yang menyebutnya “yo-yo newton”, “klicka”, klackers”, “clackers”, “klik-klaks”, “whackers”, “bangers”, “knockers”, atau lainnya.
Dari sudut pandang anak-anak, mainan ini seolah sempurna: berwarna cerah, bergerak cepat, dan berbunyi nyaring. Dari sudut pandang orang dewasa: mainan ini berisik dan mengganggu, apalagi jika dimainkan dan dibunyikan terus-menurus.
Hukum Newton pada Lato-lato
Permainan dua bola ini sebenarnya merupakan alat peraga ilmu pengetahuan yang diciptakan oleh Isaac Newton untuk menguji coba rumus gaya yang diciptakannya. Ada tiga Hukum Newton yang bisa menjelaskan bagaimana pergerakan latto-latto ini.
Hukum Newton I menjelaskan bahwa saat gaya yang dihasilkan pada dua benda yang komposisinya sama, maka benda yang awalnya diam akan tetap terus diam, lalu benda yang awalnya bergerak lurus beraturan maka akan tetap bergerak lurus beraturan dengan kecepatan yang tetap.
Lalu latto-latto yang digerakkan oleh gaya tegang tali akan menyebabkan Hukum Newton II yakni perubahan arah gerak benda akan terjadi jika diberikan gaya dari luar.
Kemudian peristiwa latto-latto atau clackers yang saling berbenturan akan memperagakan Hukum Newton III yakni, jika suatu benda memberikan gaya pada benda lain, maka benda yang mendapatkan gaya akan memberikan gaya yang sama besarnya dengan yang diterima dari benda pertama, namun arahnya berlawanan.
Meski lato-lato mengandung mainan edukasi, namun, bagi anak-anak yang menggunakannya, daya tarik mainan ini jauh dari kepentingan pendidikan. Hingga lupa akan waktu main dan ada bahaya dibalik mainan ini. [rif]