Scroll untuk baca artikel
Pendidikan

Mengenal Kurikulum Prototipe yang Bebaskan Siswa Memilih Pelajaran Sesuai Bakat dan Minat

Redaksi
×

Mengenal Kurikulum Prototipe yang Bebaskan Siswa Memilih Pelajaran Sesuai Bakat dan Minat

Sebarkan artikel ini

BARISAN.CO – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengumumkan pemberlakuan kurikulum baru beberapa waktu lalu. Kurikulum ini diberi nama kurikulum prototipe dan mulai diujicobakan dari Juli 2021 yang lalu dan ada sekitar kurang lebih 2500 sekolah yang lolos seleksi uji coba kurikulum baru ini.

Kemendikbud Ristek memberikan keleluasaan bagi sekolah untuk mengadopsi satu di antara tiga pilihan kurikulum pada 2022. Ketiga itu adalah Kurikulum 2013, Kurikulum 2013 yang disederhanakan atau kerap disebut Kurikulum Darurat, dan yang terbaru Kurikulum Penggerak atau Kurikulum Prototipe.

Kurikulum prototipe ditawarkan Kemendikbud Ristek sebagai pilihan bagi sekolah dalam mengatasi kehilangan pembelajaran atau learning loss dan mengakselerasi transformasi pendidikan nasional.

Juga menjadi opsi yang mendorong pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan siswa, serta memberi ruang lebih luas pada pengembangan karakter dan kompetensi dasar.

“Di tahun depan tidak ada kebijakan kurikulum baru, tetapi kebijakan pemulihan pembelajaran akibat pandemi. Dalam dua tahun ke depan, kurikulum yang disederhanakan akan terus dievaluasi sambil memperkenalkan kepada seluruh masyarakat,” tutur Plt Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Zulfikri dalam keterangannya, Kamis (30/12/2021).

Apa Itu Kurikulum Prototipe?

Kurikulum prototipe menerapkan sistem penyederhanaan materi pelajaran dan membebaskan siswa untuk memilih pelajaran sesuai bakat dan minat mereka.

Lewat Kurikulum Prototipe, guru tidak dikejar-kejar target materi pembelajaran yang padat. Guru lebih fokus pada materi esensial yang berorientasi pada kebutuhan dan penguatan karakter siswa, metode pembelajarannya lebih bervariasi.

Misalnya, ketika siswa belajar kepedulian terhadap lingkungan dengan cara mengelompokkan sampah, maka di saat yang sama mereka juga belajar bekerja sama. Sangat mungkin satu proyek terkait dengan beberapa materi pembelajaran maupun lintas mata pelajaran. Proyeknya tidak menambah waktu belajar tapi mengambil 20-30 persen jam pelajaran.

“Orientasinya memberi ruang kepada anak untuk berkreasi dan mengembangkan potensi belajar mereka supaya anak merasa menemukan makna dari belajar itu dan bisa memecahkan masalahnya sendiri secara mandiri maupun berkelompok sehingga sisi akademik dan nonakademiknya berkembang secara utuh,” ujar Zulfikri.

Dengan kurikulum ini, situasi belajar lebih menyenangkan bagi guru dan siswa, serta guru diberi kesempatan untuk mengeksplor potensi siswa lewat berbagai inovasi pembelajaran.

“Kurikulum Prototipe berbasis kompetensi statusnya semacam model. Model untuk pilihan di mana guru dan murid tidak merasa terlalu terbebani. Penyempurnaan dari kurikulum darurat, di kurikulum prototipe ini (strukturnya) lebih ditata selain disederhanakan juga,” jelasnya.